25 Oktober 2013

MR. MATA-MATA

            "Telat lagi?? Makanya, baca komik jangan sampe’ malem.  Kesiangan deh tuh!”

Glekk.  Baso yang belum terkunyah sempurna nyaris melesat masuk ke kerongkongan.  Dari nomornya aku tak kenal.  Siapa yang mengirim sms iseng begini?

            “Paling temen kelas kita.”  Tiara berkomentar.

            “Kalo nggak, fans rahasia.”  Marsya tak mau kalah.

Entah siapa, awalnya tak begitu aku pedulikan.  Tapi pada akhirnya kami sibuk menerka sembari bercanda, lalu diikuti tawaan cuek.  Seolah kini kami punya mainan baru.

Tebakan pertama jatuh pada Arifin.  Cowok culun, berkacamata minus, dan selalu membawa bekal dari rumah.  Rumornya, siswa kutu buku ini memang diam-diam sering mencari informasi apa saja terkait dengan kepribadianku.  Tapi jika melihat pembawaannya yang polos, juga jemarinya yang selalu bergetar saat akan berbincang langsung denganku, rasanya mustahil dia berani mengirimkan sms tadi.  Kuteliti lagi gaya bahasa sms yang cenderung berani.  Pastilah bukan dari orang bertipe seperti Arifin.

           

Memeluk Kenangan

Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...