Wafiyyatunnisa Asy Syu'lah adalah nama pena, yang pada akhirnya digunakan juga sebagai nama di setiap media jejaring sosial, termasuk blog.
Dalam perjalanannya, nama ini tidak serta merta hadir dalam wujud utuh, melainkan telah melalui proses pencarian jati diri yang cukup panjang dan berliku (tsaah!!) :D
Bermula dari tren memasukkan nama belakang yang islami setelah nama depan, maka sosok Dian Electhresia Nusantari juga mulai tertarik untuk menambahkan nama tambahan di belakang nama depannya.
Setelah meneliti berbaris nama disertai artinya pada sebuah buku yang dimiliki oleh kakak perempuannya, ia akhirnya memutuskan untuk menggunakan 'wafiyyah' yang berarti 'yang setia' sebagai nama tambahan.
Kata 'wafiyyah' yang diletakkan di belakang kata 'Dian' ini, setelah mendapat tambahan 'alif lam', menjadi al-wafiyyah (karena huruf 'wau' pada kata 'wafiyyah' termasuk huruf qamariah, sehingga huruf lam dibaca jelas alias tidak melebur).
Ayo, yang mulai lupa, silahkan diingat lagi kaidah dalam pelajaran tajwidnya!
Sehingga akhirnya terbentuklah nama: Dian Al-Wafiyyah.
Nama ini beberapa kali digunakan dalam proses korespondensi bersama beberapa sahabat dekatnya, di mana masing-masing sahabatnya ini juga telah menambahkan nama belakang pilihan, seperti: Desy Asy syafiyah, dan sebagainya.
Memang pada masa itu, masing-masing belum memegang ponsel sebagai alat komunikasi, sehingga surat menyurat masih terasa sangat wajar dan demikian menyenangkan.
(Ini surat menyurat lewat pos asli lho ya, bukan surat elektronik alias email. Surat manual yang waktu pengiriman dan penerimaannya sangat membutuhkan kesabaran).
Perjalanan waktu akhirnya membuatnya berfikir untuk menyamarkan nama aslinya. Pemikiran ini diperkuat saat ia diminta untuk mengisi rubrik muhasabah pada Buletin di kampus tempatnya menuntut ilmu. Dalam aturan mainnya, redaktur buletin dakwah yang juga kakak angkatannya menegaskan untuk tidak mencantumkan identitas asli pada naskah yang akan diterbitkan. Mungkin semata untuk menjaga keikhlasan, sehingga jika pembaca memuji atau bahkan mencaci tulisannya, tak banyak yang tahu siapa pencetus tulisan itu sebenarnya.
Akhirnya, dengan membuang kata 'Dian', dan menggantikannya dengan kata 'Ukhti', maka lahirlah nama: Ukhti Al-Wafiyyah.
Nama ini tidak berlangsung lama, karena kata 'Ukhti' dinilai tidak terlalu penting untuk disematkan. Sehingga, nama yang digunakan di dalam dunia kepenulisannya selama berada di kampus menjadi: Al-Wafiyyah.
Memasuki dunia kerja, kebutuhan untuk berkomunikasi via dunia maya (email dan yahoo messenger) menjadi lebih meninggkat. Ia akhirnya memutuskan untuk membuat email baru dengan nama : Wafiyyatunnisa.
Dari mana asal usulnya?
Ketika nama Wafiyyah tidak lagi menjadi nama belakang, penggunaan huruf alif lam dengan sendirinya menjadi tidak lagi diperlukan.
Dan untuk mempercantik (disamping juga tentu ingin menambah makna dari nama itu sendiri), maka dicarilah satu kata yang akan dirangkaikan dengan kata 'wafiyyah'.
Setelah mencari padanan yang pas serta mencocokkan dengan arti yang diinginkan, maka dipilihlah kata 'annisa' yang berarti 'wanita'.
Penulisan kata 'wafiyyah' dalam bahasa arab diakhiri dengan huruf 'ta marbuthah', sehingga jika digabungkan dengan kata 'annisa' dibelakangnya, huruf 'ta marbuthah' akan kembali berfungsi sebagai 'ta' biasa, dan jika disandingkan, akan melebur menjadi 'Wafiyyatunnisa' (yang berarti 'wanita yang setia').
Inilah asal mula nama Wafiyyatunnisa, yang mulai dipergunakan sebagai identitasnya di dunia maya.
Saat mengenal jejaring sosial (pada masa itu yang sedang naik daun adalah friendster), ia akhirnya mulai tertarik untuk bergabung, meski terhitung sangat terlambat.
Keputusannya untuk tetap menggunakan nama samaran, menggiring nama wafiyyatunnisa masuk ke dunia maya secara lebih dalam. Dan demi untuk kepentingan inilah, maka mulai dilakukan penseleksian nama belakang, yang akan disematkan di belakang kata wafiyyatunnisa.
Kata 'Syu'lah' dipilih setelah menyingkirkan beberapa kandidat. Syu'lah sendiri artinya pelita. Ini selaras dengan nama aslinya, Dian, yang dalam Bahasa Jawa juga berarti lampu/pelita.
'Wanita yang setia' dirasa cocok digabungkan dengan 'pelita'. Ini dimaksudkan untuk merangkai makna bahwa kesetiaan seorang wanita diharapkan akan menjadi cahaya dalam kehidupan. Wanita yang dengan kesetiaannya akan menjadi penerang jalan, penuntun arah menuju hidayah, serta kehidupan yang lebih baik lagi.
Kata 'syu'lah' yang diletakkan di belakang, mendapat tambahan alif lam, sehingga menjadi Asy Syu'lah (karena huruf 'syin' pada kata 'syu'lah' termasuk huruf syamsiah, sehingga huruf lam dibaca melebur ke dalam huruf 'syin').
Maka lengkaplah nama penanya menjadi: Wafiyyatunnisa Asy Syu'lah.
Maka lengkaplah nama penanya menjadi: Wafiyyatunnisa Asy Syu'lah.
Nama yang diharapkan dapat menjadi do'a.
Nama yang menjadi harapan, bahwa ia memang akan menjadi wanita yang setia. Setia dalam penghambaan kepada rabbnya. Setia kepada apa dan siapa saja yang layak diberikan kesetiaan karena Allah SWT. Dan kesetiaan yang diharapkan akan menjadi cahaya di dalam kehidupan.
Aamiin..
BalasHapus