05 Desember 2012

Beranjak Dewasa


Sebuah puisi

Special untuk kalian, adik-adik yang sedang beranjak dewasa :)


BERANJAK DEWASA

Tarikan zaman mendesak kelopak mata terjaga
Duhai, mengapa dunia tak lagi sama?
Beda rasa, beda suara, beda rupa

Duniaku bukan ini
Dunia ini menekan, memperkenalkan pelangi rasa
Duka, suka, bangga, kecewa, membuncah, frustasi
Beban, tanggungjawab, penghargaan, cinta, benci

Kembalikan duniaku!
Dunia yang hanya indah dan nyaman

14 November 2012

Sesederhana Itu, Untuk Menjadi Inspirator

"Media seribu, media seribu, PR, PR..."
Kami, kumpulan akhwat yang sedang berbincang di beranda masjid Aljihad Unpad Dipati Ukur, sejenak menghentikan obrolan.  Sosok laki-laki sepuh, bertopi, dan membawa tas penuh berisikan surat kabar mengusik perhatian kami.  Di tangannya pun penuh oleh koran beragam terbitan.  Sambil tersenyum ramah ia menyodorkan dagangannya.

***
Mahasiswa Unpad DU mana yang tidak tahu sosok beliau.  Loper koran yang selalu tersenyum, seakan hidup yang dihadapi terasa begitu mudah dan ringan.  Setiap hari ia konsisten mengunjungi satu persatu mahasiswa yang sedang duduk, berkumpul, entah itu di area kampus, masjid, maupun di sekitar pinggiran jalan kampus tempat mahasiswa biasa mengisi perut.  Seolah tak pernah lelah dan bosan ia menekuni profesinya.

01 November 2012

Cukup Dewasakah Kita, Untuk Menjadi Almarhum?

Mati, selalu menjadi media paling efektif untuk menahan jiwa dari gejolak cinta dunia.  Mengingat mati adalah salah-satu bentuk instrospeksi sekaligus motivasi untuk tetap lurus berjalan dalam garis aturanNya.  Mati adalah pemutus segala kenikmatan dunia, dan karenanya kita dianjurkan untuk memperbanyak mengingat dan memikirkan tentang kematian.

Bersabda Rasulullah SAW:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian". [HR. ath-Thabrani)

Sahabat, dalam beberapa bulan ke belakang, rasanya banyak berita kematian yang saya terima.  Entah itu keluarga dari salah-satu kerabat, teman dari seorang teman, atau bahkan publik figur yang tak jarang saya saksikan sosok fisiknya meski hanya melalui media.
Dan terakhir (Selasa, 23 Oktober 2012), kematian seoarang rekan satu profesi sempat membuat saya shok, nyaris tidak percaya.  Seorang teman seperjuangan yang juga duduk dalam ruangan yang sama, yang hampir setiap hari selalu bertegur sapa.  Sungguh, butuh waktu beberapa hari bagi saya untuk sekedar meyakinkan diri bahwa dia memang telah tiada.

04 Oktober 2012

IMPIAN CAHAYA

                    Gemetar tanganku membuka lipatan kertas kumal itu.  Kertas impian Cahaya yang beberapa hari lalu sempat kuabaikan, namun begitu mengusik penasaran kini.  Rangkaian kalimat singkat beradu dengan kabut yang mengaburkan pandangan.  Sesak.

***

            “Mak, sudah lihat kalender?”  Aku menghentikan gerakan tangan dari mencuci sayuran, menoleh sejenak ke sumber suara.  Di depan pintu dapur tampak Cahaya tengah mengulas senyum.

            “Emang kita punya kalender?”  Kulanjutkan kembali aktivitas yang tertunda, menyiapkan bahan untuk dagangan pecel pagi ini.  Meski urung namun kujawab jua pertanyaan Aya, panggilan untuk Cahaya.

            “Ada, Mak.  Tuh, di depan.”  Ah ya, aku ingat.  Satu karton bekas yang ditulisi dengan rangkaian angka dan hari beserta keterangan singkat kini terpajang di ruang depan.  Kalender hasil kreasi tangan Aya.  Mungkin bentuk protes atas sikapku yang enggan membeli kalender dikarenakan sayang akan rupiah.

            “Sebentar lagi tanggal sembilan Desember.”  Kini Aya telah berdiri di sampingku.

           

13 September 2012

Menghafal Alqur'an, mimpikah?

...
"Oy, klo boleh tau wirda dh hafal brp juz?"
"Insya Allah 20."
"subhanallah! Lbh dr separuh.... Dulu ngapalinnya dr umur brp?"
"Kls 1."
...
(Rabu, 29 Agustus 2012)

Sobat, yang di atas itu adalah potongan obrolanku dengan Wirda (Putri pertama dari Ust. Yusuf Mansur).  Wirda saat ini masih duduk di kelas 1 SMP, dan telah hafal 20 juz Alqur'an.  MasyaAllah!!

Ah, selalu ada saja anak yang membuat hati ini 'iri', karena kekonsistenan mereka, rasa cinta mereka, kedekatan interaksi mereka, dengan alqur'an.  Dan mereka telah mengambil start jauh lebih awal, hingga di usia masih sangat belia telah mampu menyimpan berjuz-juz kalamullah di dalam dadanya.

Beberapa nama lain seperti Syakir Daulay dan Zamzam juga adalah generasi Indonesia yang membuat saya 'jatuh cinta' pada kefasihan dan kedekatannya dengan Alqur'an.  Belum lagi jika kita berselancar pada informasi seputar anak-anak 'ajaib' yang berasal dari berbagai negara.  Banyak dari mereka yang mampu menghafal Alqur'an utuh 30 juz, disertai pemahaman maknanya, pada usia balita!  Subhanallah.

18 Agustus 2012

Obral gede2an!! Hingga 18 Agustus 2012 pkl.17.53 saja!! BuRuAN!!!

Pernah baca pengumuman seperti yang di atas?? Pass-ti pernah donk! Terus, biasanya ngapain??
Buruan, sikaaaaaat!!!
Hehe, rata-rata sih gitu.

Coba yah, ada barang bagus, dikasih diskon besar-besaran, terbatas hanya beberapa jam lagi. Sayang banget klo sampe' lewat. 'tul gak??!

Nah, bulan Ramadhan kurang kasih 'obral' apa coba? Pahala berlipat, fasilitas dimudahkan, suasana kondusif, dan yang pasti nih yah, janji Allah itu haq, gak nipu, bukan abal-abal. Kalo Allah janji ngasih obral pahala, gak bakal kecewa, karena bukan janji palsu.
Tapiii, sayangnya nih, limit waktu buat obral pahalanya sekarang tinggal dikiiiiit lagi. Tinggal hitungan jam deh. Apa tuh kira-kira yang seharusnya kita lakukan??

24 Juli 2012

Etika meng-copy

Selamat sore sahabat!  Hari keempat berpuasa di bulan Ramadhan.  Masih semangat??!

Ok deh, kali ini saya mau bahas tentang satu tema sederhana.  Sengaja sederhana, biar nggak bikin tambah laperrrrr
(Emang sejak kapan juga blog ini bermuatan tulisan berat?  Bukannya dari dulu selalu ringan dan renyah??)  He he.

Sahabat pernah nulis nggak?  Entah nulis apa kek.  Blog, puisi, cerpen, artikel, atau yahh minimal status fb or twitter gitu?  Pasti pernah donk yah?  Iya kan?  Ayo ngaku!  (lho).

13 Juli 2012

Ramadhan in sight, are u Ready??!

Alhamdulillah, gak lama lagi kita sampai juga nih, ke bulan yang satu tahun lalu kita lepas dengan derai air mata, hati pilu, jiwa tergores sedih (ehh, iya gak? atau justru seneng bisa bebas dari Ramadhan?).

Ya, apapun kondisi hati kita satu tahun lalu, tetaplah kesempatan yang masih diberikan adalah sebuah anugerah yang tak terkira.  Siapa sih yang akan memungkiri bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya Allah turunkan berlimpah karunia, ampunan, pahala, dan kemudahan dalam beribadah.  Kita sering menyebutnya sebagai BULAN ISTIMEWA.
Jadi, terlepas berat atau tidak perjuangan ibadah yang akan kita jalani nanti, pastilah ada kebahagian luar biasa saat usia masih menghadapkan raga kita kepada tamu istimewa ini.  Dan untuk itu, kita WAJIB bersyukur.  Betul??

Nah!  Sekarang nih yah.  Ngomong-ngomong tentang tamu yang bentar lagi mau bertandang, kita udah nyiapin apa aja?  Masa' iya sih tau ada tamu mau datang gak disuguhin apa-apa?  Kita kan harus memuliakan tamu.  Bukan begitu??

PERSIAPAN!
Ini nih yang mau kita bicarain kali ini.  Apa aja sih yang kudu kita persiapkan?  Minimal ada EMPAT persiapan utama.  Apa aja tuh??

10 Juli 2012

Ilahana, balighnaa Ramadhan

Masa berarak, bergerak pasti.
Siap percikkan tetes sejuk yang ditunggu.
Pasti, pasti ia sirami sekarat jiwa yang haus dan merindu.
Jiwa-jiwa yang dulu berkabut, saat sembab mata menjadi saksi tentang haru perpisahan.

Pasti??
InsyaAllah...
Ia akan kembali.
Ia 'makmurkan' bumi.
Ia bentang selebar-lebar peluang.
Ia sapa hati yang larut menanti.

07 Juni 2012

Merayakan 10 tahun, Hijab Pilihan Hati

7 Juni 2002 - 7 Juni 2012
10 tahun sudah....

Terkenang masa sepuluh tahun silam, saat niat kuat untuk menutup aurat ternyata tak serta merta dapat direalisasikan.  Perjuangan saya memang tak seberat muslimah di era 1980-an atau 1990-an yang harus berhadapan dengan pihak petinggi sekolah, ayah yang seorang aparat negara, dan lain sebagainya.  Sebagian ada yang harus mati-matian mempertahankan keteguhan prinsip, karena terlalu dicurigai.  Tidak, zaman saya perjuangan tidak lagi seperti itu, karena Alhamdulillah jilbab telah dapat diterima oleh masyarakat luas.

Tapi kendala tetap ada.  Bulan Mei 2001 hidayah menghampiri, namun saya baru resmi menggunakan jilbab pada Tanggal 7 Juni 2002.
Saat itu saya berfikir mungkin Allah hendak menguji kesungguhan hati.  Karena dengan demikian saya dapat lebih menyelami ketulusan niat.  Karena apakah saya berhijab?
Saya mempunyai masa satu tahun untuk jujur pada diri sendiri, sekaligus memantapkan kembali apa yang telah menjadi pilihan jiwa saat itu.
Lebih dari itu, dengan sedikit perjuangan pastilah akan menjadi kenangan demikian indah, sehingga hidayah akan dihargai, begitu mahal dan tak ternilai.  Ibarat suatu benda yang didapatkan dengan susah payah, pasti akan dijaga hingga tetes keringat penghabisan (he he).
Yah, tak akan mudah dan tak akan rela kita melepas sesuatu yang telah kita raih dengan berpayah-payah.  Setuju?

24 Mei 2012

Aksara Cinta

Kibaran rahim menjalar
menjelma cinta yang Maha

Duhai Rahman,
hendak kubalas, kujawab
agar layak menadah
biar tak malu mereguk kasih
meski entah secuil laku bermakna balas, entah masih jauh menebar hina

23 Mei 2012

Rajab, Warming Up Yuk!

"Muharram, Shafar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, RAJAB, SYA'BAN, RAMADHAN, Syawal, Zulqa'idah, Dzulhijjah..."

Sebait lirik lagu dari grup nasyid 'Alarm me' ini dulu sukses membuat saya menghafal urutan nama bulan-bulan Islam secara benar dan cepat.  Tapi coba perhatikan tiga nama bulan yang bercetak tebal.  Yah, saat ini kita sedang berdiri, bernafas, meniti hitungan hari dalam Bulan Rajab.  Tapi, apa istimewanya?

22 Mei 2012

HILANG BERANTAI

            Usep terjaga dan bangkit terburu-buru begitu melirik angka 13.27 pada layar ponselnya.  Dengan mengumpulkan kesadaran, ia melangkah keluar.  Pelataran sepi.  Lebih dari sepuluh menit ia menyusuri teras, berharap secepatnya menemukan satu benda.  Nihil.  Kini sambil berjinjit kaki Usep menelusuri halaman masjid kantor.  Berjalan ke sana kemari mencari sepasang sandal jepit berwarna biru nomor 39 miliknya.  Tidak terlalu mewah, tapi cukup sebagai alas kaki hingga menuju lift dan naik ke lantai sepuluh.

            "Nyari apaan, Sep?" Rio menepuk pundak Usep.  Entah dari sebelah mana, tiba-tiba makhluk itu sudah berdiri di belakangnya.

            "Sendal saya ke mana ya? Heran, sendal butut juga laku geuning[1]."  Usep garuk-garuk kepala.  Liar tatapnya menyapu seantero halaman.  Tak sedikitpun matanya beradu pada sang pemilik tanya.

            "Anu kumaha sendalna?[2]"  Rio jadi celingak-celinguk, mengikuti aksi rekan kerjanya.

            "Sendal jepit warna biru.  Lagi shalat mah disimpen weh di teras.  Naha’[3] sekarang nggak ada?  Cuma ditinggal shalat sama tidur bentar.”  Kini ia menuju rerimbun pohon bonsai yang menjadi penghias di sisi halaman.

            "Biru, alit[4] nya'? Barusan si Sopyan juga kehilangan sendal, terus liat ada sendal jepit biru di teras.  Dipake’ weh sama Sopyan teh.  Yah, kali aja yang itu."

           

14 Mei 2012

Manusia Unik, Kepada Mereka Belajar Tentang Cinta

Jika ditanya siapa yang menyimpan Alqur'an di dalam rumahnya, saya yakin hampir semua umat muslim menjawab, 'Ya, saya punya!'

Namun jika dilanjutkan dengan pertanyaan, 'siapa yang rutin membaca dan mengkhatamkan Alqur'an?' Meski saya belum melakukan penelitian secara khusus, tapi di beberapa tempat saya sering menemukan muslim yang hanya menjawab dengan senyum malu sembari mengatakan,
'He he, saya rutin kok, tiap Ramadhan (aja), tapi ga khatam sih.'

Ini masih jauh lebih baik, karena pada kenyataannya tak jarang kita jumpai muslimin yang begitu 'menjaga' kesucian Alqur'an, hingga tak berani meski sekadar menyentuh. Alqur'an disimpan di tempat yang tinggi, dalam lemari kaca, tanpa pernah dijamah. Alqur'an ibarat pajangan.

17 April 2012

Nyaman, Haruskah??

Seorang mahasiswa angkatan 2011 yang merantau jauh dari orangtua, menghubungi ibunya.  Kali ini permintaannya adalah sebuah meja belajar model baru, setelah sebelumnya difasilitasi dengan laptop lengkap dengan modem.   Alasannya, untuk kenyamanan belajar selama masa kuliah.

Tak lama sang ibu bertandang dari pulau sumatera ke Kota Bandung.  Meja belajar plus kursi bak direktur (kursi beroda yang dapat diputar) akhirnya menetap di kamar kostan sang anak yang tak seberapa luas.  Temannya yang berkunjung hanya menyindir,

"Wah, saya belum pernah nih duduk di kursi kaya' gini."

Sebelumnya, sang anak minta dibelikan tempat tidur, karena merasa tak cukup hanya kasur di lantai.  Padahal mayoritas penghuni kostan di tempat tersebut hanya menggunakan kasur, tanpa tempat tidur khusus.  Selanjutnya, sebuah Televisi juga berhasil ditangkringkan di atas meja belajar barunya.

28 Maret 2012

ROKOK DAN KAOS BOLA

             Rokok dan bola adalah dua makhluk tak terpisahkan dari pribadi Ayah.  Ibarat api dan asap, air dan basah, telah menyatu sejak kemunculannya pertama di muka bumi.  Pekerjaan yang sehari-hari hanya menjaga toko klontong milik pribadi tentu semakin mengakrabkan Ayah dengan dua hobinya itu.  Ia bahkan sengaja membeli satu TV bekas dari Mang Rusli untuk ditempatkan di sudut toko, agar saat pertandingan bola ia tetap bisa menjaga toko sambil leluasa menyaksikan jalannya pertunjukkan.  Dan sudah pasti, teman paling setia yang tak akan ketinggalan adalah batang rokok. 

Maniaknya Ayah terhadap bola sudah mencapai stadium akhir.  Dulu sewaktu timnas Indonesia bertanding melawan kesebelasan Malaysia di Gelora Bung Karno, Ayah rela mengantri tiket yang meski kelas paling murah tetap saja bagiku harganya selangit.  Tidur di sisi luar stadion bersama sesama maniak yang datang dari berbagai daerah pun sanggup dilakoni.

"Atas nama nasionalisme.  Harus cinta negeri, dong!"  Kilahnya saat Emak menyampaikan protes atas jatah uang yang terpaksa disunat demi membeli tiket.  Aku dan Emak hanya bisa geleng-geleng kepala.

07 Maret 2012

MAHAR

              Nanar ditatapnya langit-langit kamar.  Pikiran Ammar menerawang, mengenang proses ta’aruf enam bulan lalu.  Kurang dari satu bulan istikharah dilanjutkan dengan temu keluarga dan khitbah.  Namun niat tak ingin berlama-lama akhirnya kandas sudah.  Ah, andai bukan karena mahar yang menurutnya terlalu dipersulit, tentu setidaknya tiga bulan lalu ikrar suci itu telah ia lafadzkan.

            “Tring.”  Teriakan hp membawanya ke alam sadar.  Deretan kata dalam pesan singkat ia telusuri.

            “Akhi, afwan ana hanya sekedar evaluasi mengenai permintaan adik ana.  Sampai saat ini, berapa persen mahar sesuai yang disyaratkan telah sanggup terpenuhi?”  Ridwan, kakak sang calon kembali menagih janji.  Tentulah atas permintaan Khadijah, adik semata wayangnya.

Setelah disimpannya hp tanpa memberi jawaban, Ammar kembali berbaring.  “Tak perlu kujawabpun pastilah mereka tau kondisiku.”  Pikir hatinya.

            “Mengapalah tak sejak awal ia mensyaratkan mahar itu pada biodatanya, jika akhirnya menjadi demikian wajib tak tertawarkan.  Atau minimal saat ta’aruf.  Mengapa juga harus mengiyakan, bahkan memajukan urusan sampai ke khitbah.”  Sesal Ammar, merunut permintaan Khadijah yang baru diterimanya saat menjelang akad.  Entahlah dirinya yang salah karena tak mempersiapkan diri sejak dulu, atau Khadijah yang terlalu berlebihan.

           

07 Februari 2012

Pesan Untuk Pak Slamet Widodo

Sobat, kali ini aku kembali ingin berkisah.  Bukan kisah pribadi, melainkan pengalaman yang aku comot dari seorang kakak, yang ia sampaikan penuh antusias saat malam telah melewati batas tengahnya.  Saat mata mulai meredup, dan mulut tak terhitung entah berapa kali menguap lebar.

Ini kisah nyata kakakku lho.  Selamat menikmati.

Aku dan liza adalah sepasang sahabat, dekat, akrab.  Sejak SMP hingga mengenakan seragam putih abu-abu, kian lekat hubungan pertemanan kami.  Di sekolah kami, SMUNSA Jebus Bangka, kami duduk satu meja.

06 Februari 2012

Dan Pengamen pun Bicara

Pagi ini (seperti juga senin-senin sebelumnya), setelah mengekor pada jok belakang motor kakak dari Cinunuk, saya turun di kawasan Kiaracondong.  Dari sana saya masih harus melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum menuju daerah Tamansari.  Baru saja hendak melepas beban tubuh ke atas kursi angkot, seorang Ibu di hadapan menatap penuh isyarat, seperti hendak menyampaikan sesuatu.  Begitu melirik ke seorang ibu lagi yang berada tepat di samping kiri, barulah saya mengerti.

18 Januari 2012

RINGTONE

            "Sya'tisy syajaaru nadqal hajaru, syuqqal qamaru bi isyaratihi...”

Lantunan merdu Zamzam yang menjadi nada dering hp GW 300 ku memecah keterdiaman.  Biasanya suara remaja 14 tahun yang juga qari internasional itu syahdu memanjakan gendang telinga, tapi tidak kali ini.  Pasalnya, sepasang mata yang terarah dari seberang tempatku duduk menjelma belati yang menikam nyali.  Dering tadi pastilah mencuri perhatiannya.

Mobil jurusan caheum cileunyi meluncur lancar, karena jam macet memang telah berlalu.  Kuperkirakan saat ini telah melampaui pukul sepuluh.  Di segala sisi hanya sesekali kendaraan menderu dalam kecepatan tinggi.  Parahnya, jok belakang kendaraan berplat kuning ini hanya menyisakan dua penumpang, aku dan seorang lelaki muda yang kini menatap penuh selidik.  Ah, menyesal terlalu menunda kepulangan, padahal pertandingan volly persahabatan telah bubar sejak pukul lima sore tadi

Memeluk Kenangan

Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...