"Telat lagi?? Makanya, baca komik jangan sampe’ malem. Kesiangan deh tuh!”
Glekk. Baso yang belum terkunyah sempurna nyaris
melesat masuk ke kerongkongan. Dari
nomornya aku tak kenal. Siapa yang
mengirim sms iseng begini?
“Paling temen kelas kita.” Tiara berkomentar.
“Kalo nggak, fans rahasia.” Marsya tak mau kalah.
Entah
siapa, awalnya tak begitu aku pedulikan.
Tapi pada akhirnya kami sibuk menerka sembari bercanda, lalu diikuti
tawaan cuek. Seolah kini kami punya
mainan baru.
Tebakan pertama jatuh pada Arifin. Cowok culun, berkacamata minus, dan selalu
membawa bekal dari rumah. Rumornya,
siswa kutu buku ini memang diam-diam sering mencari informasi apa saja terkait
dengan kepribadianku. Tapi jika melihat
pembawaannya yang polos, juga jemarinya yang selalu bergetar saat akan
berbincang langsung denganku, rasanya mustahil dia berani mengirimkan sms
tadi. Kuteliti lagi gaya bahasa sms yang
cenderung berani. Pastilah bukan dari
orang bertipe seperti Arifin.