Tulus, ke mana hendak dicari?
Bukan, bukan tulus pelantun tembang 'gajah' dan 'sepatu'.
Ini tentang tulus yang sebenarnya. Tentang hati yang berbuat tanpa pamrih, tanpa iming-iming, tanpa ada --- kalo kata Wali sih--- 'gajah di balik batu'.
Kemana hendak dicari?
Ada, masih ada kok. Tapi memang sedikit langka. Ibarat barang antik, maka harus sabar dan penuh pengorbanan.
Memang tak sedikit teman yang merapat hanya ketika ada untungnya. Ibarat semut, merubungi yang manis-manis. Begitu habis, bubar jalan.
Berteman dengan mereka-mereka ini, kudu bin wajib punya modal. Entah villa keren buat kongkow, ketenaran biar bisa nebeng ngetop, jabatan, uang buat ngajak traktiran, otak cerdas buat bantu ngerjain tugas, atau sekadar modal rajin biar bisa disuruh-suruh.
Ya, ya, syah-syah aja sih. Namanya juga manusia normal. Siapa juga yang mau rugi. Maunya pasti cari untung.
Langganan:
Postingan (Atom)
Memeluk Kenangan
Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...
-
Hari Ahad lalu (10 Februari 2013) saya iseng maen ke Gramedia di Jalan Merdeka Bandung. Keliatan banget yah lagi nggak ada kegiatan, samp...
-
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa punya rumah sendiri. Prikitieew. Mau tau ceritanya?? Yah, dengan uang pas-pasan, salah-satu alterna...
-
Mendengar nama Zamzam, sebagian besar orang akan langsung membayangkan satu sosok yang begitu dekat dengan Alqur'an. Lantunan tilawah...