Rokok dan bola adalah dua makhluk tak terpisahkan dari pribadi Ayah. Ibarat api dan asap, air dan basah, telah menyatu sejak kemunculannya pertama di muka bumi. Pekerjaan yang sehari-hari hanya menjaga toko klontong milik pribadi tentu semakin mengakrabkan Ayah dengan dua hobinya itu. Ia bahkan sengaja membeli satu TV bekas dari Mang Rusli untuk ditempatkan di sudut toko, agar saat pertandingan bola ia tetap bisa menjaga toko sambil leluasa menyaksikan jalannya pertunjukkan. Dan sudah pasti, teman paling setia yang tak akan ketinggalan adalah batang rokok.
Maniaknya Ayah terhadap bola sudah
mencapai stadium akhir. Dulu sewaktu
timnas Indonesia bertanding melawan kesebelasan Malaysia di Gelora Bung Karno,
Ayah rela mengantri tiket yang meski kelas paling murah tetap saja bagiku harganya
selangit. Tidur di sisi luar stadion
bersama sesama maniak yang datang dari berbagai daerah pun sanggup dilakoni.
"Atas nama nasionalisme. Harus cinta negeri, dong!" Kilahnya saat Emak menyampaikan protes atas
jatah uang yang terpaksa disunat demi membeli tiket. Aku dan Emak hanya bisa geleng-geleng kepala.