17 Februari 2011

Ngobrol sama Hantu


Suasana kamar temaram.  Jendela kayunya terbuka, menampakkan rimbunnya pohon rambutan di halaman rumah.  Malam itu listrik mati, saya sendirian berada di dalam kamar.  Tiba-tiba, dari arah jendela terdengar suara menyapa, “Neng…” 
Saya segera melihat ke arah suara.  Benar saja, tepat di jendela terlihat seorang ibu tua, mengenakan kebaya lusuh dengan sanggul di rambut ubanannya, menatap tajam ke arah saya.
            “iya Bu?” saya menjawab santun.  “Neng siapa namanya?” ibu itu bersuara lagi.
 “saya Dian, Bu…” masih dengan nada menghormati, saya meladeni ibu tua itu.
“Neng liat ini…” katanya sambil menunjukkan sebuah batu nisan, bertuliskan nama, tanggal lahir, serta tanggal wafat seseorang.  Saya membaca nama yang tertera di sana, Sumiyati, lahir 12 Februari 1935, wafat 12 Juni 2008.  
 “ini nama ibu, Neng…”, katanya melanjutkan. “hah..!!, jadi ibu ini sudah wafat sekitar dua tahun yang lalu..??!” saya berteriak di dalam hati.
            Sedang dalam puncaknya rasa takut, tiba-tiba saya terbangun.  Saya menatap sekeliling kamar.  Terang, sepi, tak ada suara, tak ada ibu tua (lebih tepatnya lagi hantu) yang mengajak bercakap-cakap.  “Huuff…, astaghfirullah, saya bermimpi”.
            Betul, cerita di atas memang terjadi.  Tapi syukurlah hanya dalam mimpi.  Hantu memanglah sosok yang membuat jantung bekerja sedikit di luar keadaan normal. Tetapi jika ditanyakan apakah saya takut hantu, Alhamdulillah, tidak terlalu.  Sebatas sesaat merasa deg-degan, desiran darah yang hangat, namun tidak lantas menjadi fobia, saya rasa masih wajar.
            Pernah suatu malam, ketika sedang menonton di rumah paman bersama dua keluarga, saya mendadak kebelet pipis.  Spontan saya langsung beranjak meninggalkan ruangan yang berada di lantai II, menuju kamar mandi yang terletak di bawah.  “Lho, mau ke mana?” kata paman.  “mau pipis dulu” saya yang saat itu masih duduk di bangku SD menjawab. “emang ga takut yah, ga minta ditemenin?” Tanya paman lagi.  “ah, ga kok, anak-anak mah udah biasa” kali ini mama yang memberikan jawaban.
            Dulu sewaktu tinggal di kostan, anak-anak hampir setiap hari meributkan kejadian-kejadian ‘ghaib’ yang katanya berasal dari seseorang yang mati bunuh diri di kamar mandi.  Entah benar atau tidak, tapi cerita yang selalu membuat waswas hampir seluruh penghuni kostan ini, ternyata tak mampu menggetarkan hati saya dan teteh.  Mulai dari TV yang tiba-tiba menyala sendiri, hingga suara tangisan di tengah malam.  Belakangan diketahui bahwa TV itu bisa menyala karena memang lupa dimatikan hingga sang pemiliknya tertidur.  Tak lama kemudian listrik mati, dan ketika listrik kembali menyala, TV yang dalam keadaan standbay otomatis akan menyala dengan sendirinya.  Hihi…, ada-ada saja.
            Di kantor, cerita seperti ini juga selalu menjadi bagian seru untuk diperbincangkan.  Cerita tentang wanita yang duduk sendirian di tangga, lift yang tiba-tiba berhenti di lantai tiga padahal tidak ada orang di sana, atau komputer yang menyala dengan sendirinya.  Pernah dulu saat saya masih harus sering pulang malam, ketika melewati samping tangga yang katanya angker, dengan sengaja saya menatap lama ke arah sana, penasaran.  Tapi alhamduillah tak menemukan siapapun duduk termenung di situ :D.
            Tentu saja ini bukan berarti saya tidak percaya akan hal ghaib.  Alam ghaib itu ada, bahkan WAJIB kita imani.  Kita mengenal adanya iblis dan jin, yang sering disebut-sebut dalam Al-qur’an, sehingga menegaskan bahwa ‘dunia lain’ itu memang nyata adanya.  Hanya saja hantu, sosok khayalan manusia yang demikian beragam, mulai dari versi Indonesia seperti sundel bolong, pocong, genderuwo, kuntilanak, atau versi luar seperti drakula, vampir, dan sebagainya, saya rasa ini sangatlah berlebihan.  Sosok imajinasi ini, jika semakin disebarluaskan, maka dikhwatirkan perlahan akan mengganggu kesempurnaan aqidah kepada Allah SWT.  Bayangkan, jika karena takut hantu, manusia lalu dengan rela menyerahkan sesajian, menggunakan jimat, semata karena ingin selamat dari gangguan makhluk ini.  Tentu saja secara tanpa disadari kemurnian tauhidnya telah terkontaminasi.
            Jika ternyata ada yang pernah melihat hantu, saya rasa itu adalah jelmaan jin yang usil dan hendak mengganggu manusia.  Satu hal yang harus kita yakini adalah, bahwa jin dan iblis juga makhluk Allah. Hanya saja kita berbeda alam dengan mereka.  Jika kita makhluk Allah dan mereka juga sama, lalu apa yang harus kita takuti?  Mereka tidak akan memiliki kekuatan untuk memudharatakan siapapun, kecuali atas izin Allah SWT tentu saja.
            Saya setuju dengan seseorang yang mengatakan bahwa kita sering mendengar banyak manusia mati karena dibunuh oleh sesama manusia.  Tapi pernahkah ada manusia yang mati dibunuh oleh ‘hantu’?! mungkin pernah, tapi hanya di dalam dunia perfilman kita saat ini.
            Terakhir, mari kita simak cuplikan hadist berikut, ketika Rasulullah menasehati Ibnu Abbas yang saat itu masih kecil.  Semoga ini akan semakin menguatkan aqidah kita kepada Allah SWT, dan mengurangi rasa takut kepada makhluk selainNya, InsyaAllah.
“…Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu.  Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan bahaya terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan bahaya itu terhadapmu kecuali sesuatu yang Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering.” (HR. Tirmidzi).

2 komentar:

Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih

Memeluk Kenangan

Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...