13 September 2011

Bayangan Kematian

Bandung, 13 September 2011
*Bersama detak jantung yang masih bekerja di luar keadaan normal.

Satu pekan terakhir, ada satu hal yang demikian mengusik.  Ah, entah mengusik atau apa namanya, yang kutau ia selalu bermain dalam rasa dan pikiran.  Sesuatu yang terus saja mengikuti, layaknya sebuah bayangan.  Ia yang terkadang membuatku menangis ketakutan sekaligus sedih, namun juga larut dalam kerinduan.  Sesuatu itu adalah bayangan kematian.


Satu hari ketika sedang berkumpul bersama keluarga, asyik dalam senda gurau dan tawa, tiba-tiba saja rasa sedih menjamah ruang hati, menjalar hingga ke aliran darah.  Sedih yang entah darimana datangnya.  Yang kutau, rasa itu bermula dari satu pemikiran, 'bahwa suatu saat aku akan meninggalkan mereka, orang-orang yang aku cintai.'  Kian bertambah sedih saat beberapa kali merasa seperti diabaikan, berbicara namun seakan angin membawa jauh suara, hingga tak sampai ke telinga mereka.

Pernah juga ketika sedang menyusuri jalanan kota di sore hari, aku merasa dunia demikian jauh.  Seolah aku berada dalam ruang yang berbeda.  Dekat tapi jauh.  Dunia dan diriku seakan berbatas.

Atau saat sedang tegak berdiri dalam shalat yang jauh dari khusyu', perasaan duka tak dapat kusembunyikan.  Lagi-lagi ini bermula dari satu pemikiran, 'mungkinkah ini shalatku untuk kali yang terkahir?'

Setiap langkah rasanya dipenuhi oleh tanda tanya, di manakah kira-kira malaikat yang diutus oleh Allah itu akan menemuiku? Di jalankah, di atas tempat tidurkah, di masjidkah??

He he, konyol memang.  Mungkin ini hanyalah bisikan syetan yang hendak melarutkan aku dalam ketakutan.  Karena aku bukanlah orang shaleh yang bisa demikian jelas merasakan tanda-tanda kematian.

Tapi bukankah memang tidak ada yang lebih dekat dan lebih pasti dalam hidup ini kecuali kematian?

Ya, apapun namanya, kematian memang selalu membawa peringatan untuk kita yang masih diberi nafas.  Bahkan nabi sendiri mengajarkan agar kita memperbanyak mengingat pemutus segala kenikmatan dunia, yaitu kematian.

Terkadang terlintas dalam benak, seperti apa perasaan mereka yang telah terlebih dulu putus kesempatan hidupnya, sebelum israil benar-benar datang menjemput.  Adakah pertanda? jika ada dalam bentuk apa? Adakah pesan yang hendak mereka titipkan kepada pewarisnya?

Aku merasakan bahwa bayangan itu tak dapat begitu saya kuenyahakan. Ia yang mengingatkanku untuk bersegera melakukan apa-apa yang selama ini mungkin sering tertunda, memaksa hati dan pikiran untuk selalu terkoneksi kepada Sang pemilik hidup dan mati.  Ia yang menyadarkan betapa masih kecilnya peran, dan masih banyak hal yang seharusnya aku perbuat.  Yah, selama masih diberi kesempatan, sebelum masa itu benar-benar tiba, entah kapan.

"kullu nafsin dzaiqotul maut"
setiap yang hidup, pasti akan merasakan mati.

*setidaknya prinsip hidup 'Bekerjalah untuk duniamu seolah engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari' tetap dapat memberi asupan energi, untuk bersemangat menjalani hari-hari.  ^__^

3 komentar:

Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih

Memeluk Kenangan

Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...