01 November 2012

Cukup Dewasakah Kita, Untuk Menjadi Almarhum?

Mati, selalu menjadi media paling efektif untuk menahan jiwa dari gejolak cinta dunia.  Mengingat mati adalah salah-satu bentuk instrospeksi sekaligus motivasi untuk tetap lurus berjalan dalam garis aturanNya.  Mati adalah pemutus segala kenikmatan dunia, dan karenanya kita dianjurkan untuk memperbanyak mengingat dan memikirkan tentang kematian.

Bersabda Rasulullah SAW:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian". [HR. ath-Thabrani)

Sahabat, dalam beberapa bulan ke belakang, rasanya banyak berita kematian yang saya terima.  Entah itu keluarga dari salah-satu kerabat, teman dari seorang teman, atau bahkan publik figur yang tak jarang saya saksikan sosok fisiknya meski hanya melalui media.
Dan terakhir (Selasa, 23 Oktober 2012), kematian seoarang rekan satu profesi sempat membuat saya shok, nyaris tidak percaya.  Seorang teman seperjuangan yang juga duduk dalam ruangan yang sama, yang hampir setiap hari selalu bertegur sapa.  Sungguh, butuh waktu beberapa hari bagi saya untuk sekedar meyakinkan diri bahwa dia memang telah tiada.

Subuh itu (Rabu, 24 Oktober 2012), saya ikut mengantarkan jenazah almarhumah ke tempat peristirahatannya yang terakhir.  Mobil yang saya tumpangi tepat berada di belakang mobil jenazah.  Sepanjang perjalanan dari Kota Bandung ke Majalengka saya membiasakan telinga untuk akrab bersama dengingan sirene yang terus menyala.  Dari arah belakang saya memperhatikan mobil jenazah, sembari membayangkan bahwa ada satu jasad terbujur di sana.  Seseorang yang tak lagi bernyawa, dan beliau adalah rekan saya.

Di areal perkuburan, saya tak dapat menahan diri untuk tidak menyeruak di antara para petugas yang mengerubungi setiap sisi liang kubur.  Saya hanya ingin melihat jasadnya untuk yang terakhir kali.  Hanya selang beberapa saat kemudian jenazah telah diletakkan di dalam liang lahat, ditutupi bambu (di daerah lain biasanya ditutup dengan papan), kemudian perlahan tanah mulai menutupi lubang.  Saat itu saya membayangkan bagaimana rasanya berada di dalam sana.

Sahabat, alharhumah mungkin tak pernah membayangkan bahwa areal itu (sepetak kecil tanah di areal sana) yang akan menjadi tempat istirahat terakhirnya.  Tak terbayangkan bahwa Bulan Oktober adalah akhir dari hembusan nafasnya di dunia.  Saya masih ingat saat almarhumah mengatakan akan bersiap diri untuk proses tutup buku di akhir tahun (Bulan Desember), ketika hendak mengajukan cuti melahirkan pada Bulan September 2012 lalu.  Tak ada yang menduga bahwa bahkan hingga Desember pun usianya tak sanggup lagi melawan ketetapan Sang Pengatur usia.  Saat yang ditetapkan telah tiba, dan tak ada yang dapat menunda meski hanya beberapa detik.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

"Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh" [An Nisa’:78].

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". [Al Jumu’ah:8].

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ

"Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya" [Qaaf:19].

نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ

"Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan". [Al Waqi’ah:60]



Kematian (terutama dari orang-orang yang saya kenal), pada akhirnya selalu mengundang penasaran.  Saya selalu ingin tahu bagaimana keadaan mereka setelah lepas dari kehidupan di dunia.  Saya ingin mendengar mereka bercerita tentang segala pengalaman.  Tapi sayang alam ghaib tetap akan menjadi misteri.  Misteri yang tidak akan mungkin dapat saya ketahui, kecuali nanti, saat alam 'sana' telah juga menjadi tempat saya menetap.

Terbayang bahwa almarhumah adalah sosok yang selalu bercerita, tentang segala pengalaman, entah itu peristiwa suka maupun pengalaman yang kurang mengenakkan.  Yah, beliau memang senang untuk berbagi kisah.  Bisa dibayangkan seandainya masih memungkinkan, bukan tak mungkin saya akan mendapatkan kisah yang bertubi-tubi, tentang pengalamannya di alam barzah sana.  Tak hanya dari beliau.  Seandainya setiap yang tinggal di sana dapat bercerita, tentu banyak kisah tak terbayangkan yang akan mereka paparkan.  Banyak, ajaib, dan di luar nalar pemikiran kita sebagai penduduk di alam nyata.  Tapi sekali lagi, semua tetaplah hanya akan menjadi misteri.

Sahabat, terlebas misteri atau tidak, entah sejauh mana kita mampu membuat gambaran dalam imaji pikiran kita, tapi satu hal yang wajib kita yakini adalah bahwa benar akan ada kehidupan di sana.  Setelah mati ada kehidupan.  Sesudah lepas perkara dunia, ada akhirat yang menuntut pertanggungjawaban.  Dan kepergian orang-orang terdekat sudah seharusnya menjadi pelajaran untuk kita yang masih diberi usia.

Memikirkan alam setelah mati pada akhirnya akan melahirkan rasa cemas, khawatir, sekaligus harapan.  Kita tak pernah tahu bagaimana keadaan kita sesaat setelah lepas dari kehidupan dunia.  Dan sayangnya, saat takdir telah menetapkan kita menjadi penghuni alam ghaib, tak akan ada lagi peluang untuk berpulang, meski sekedar untuk meminta tambahan waktu beribadah.

Kita semua pasti mati.  Tapi kematian seperti apa, dan kehidupan yang bagaimana yang nanti akan kita jalani?? Sudahkah kita bersiap, memperbanyak bekal, untuk menyongsong gelar terakhir kita sebagai alhamarhum?

Sahabat, semoga Allah SWT mematikan kita dalam husnul khatimah, dalam kondisi sebaik-baiknya usia.

Ya Allah biha, ya Allah biha, ya Allah bihusnul khatimah

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih

Memeluk Kenangan

Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...