"Media seribu, media seribu, PR, PR..."
Kami, kumpulan akhwat yang sedang berbincang di beranda masjid Aljihad Unpad Dipati Ukur, sejenak menghentikan obrolan. Sosok laki-laki sepuh, bertopi, dan membawa tas penuh berisikan surat kabar mengusik perhatian kami. Di tangannya pun penuh oleh koran beragam terbitan. Sambil tersenyum ramah ia menyodorkan dagangannya.
***
Mahasiswa Unpad DU mana yang tidak tahu sosok beliau. Loper koran yang selalu tersenyum, seakan hidup yang dihadapi terasa begitu mudah dan ringan. Setiap hari ia konsisten mengunjungi satu persatu mahasiswa yang sedang duduk, berkumpul, entah itu di area kampus, masjid, maupun di sekitar pinggiran jalan kampus tempat mahasiswa biasa mengisi perut. Seolah tak pernah lelah dan bosan ia menekuni profesinya.
Bapak Muhammad Senen namanya. Jujur saya menyesal mengapa dulu tak pernah tertarik untuk membeli surat kabar yang hanya dihargai dengan seribu perak. Entah karena memang saya termasuk orang yang tidak suka membaca koran, atau karena status mahasiswa waktu itu sehingga demikian teliti memperhitungan setiap pengeluaran. Ah, harusnya meski tak terlalu hobi mencermati berita di koran, mengeluarkan seribu rupiah demi membahagiakan pedagang kecil seperti beliau tentulah bukan hal yang berat.
Selain di kampus, tak jarang ketika sedang dalam perjalanan di sekitar pasar suci (surapati), saya melihat Pak Senen berjalan, menjajakan koran kepada setiap insan yang dijumpai di sana. Pasar suci, telkom, gasibu, Unpad, adalah rute beliau menjajakan surat kabar.
***
Hari Jum'at lalu, tanggal 9 November 2012, Pak Senen telah berpulang ke Rahmatullah. Dan tadi pagi, saat iseng mengetikkan namanya di kolom search google, saya terkagum karena ternyata begitu banyak mahasiswa yang mengabadikan nama beliau dalam tulisan, entah itu dalam blog pribadi, maupun sekedar goresan status di twitter. Betapa beliau telah menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang. Beliau adalah inspirator bagi kalangan mahasiswa, kalangan terpelajar yang mungkin status sebagai mahasiswa pun tak pernah terbayang dalam benaknya (entahlah, saya tidak tahu pasti pendidikan terakhirnya).
Yah, Pak Senen adalah seorang inspirator, atas nilai kejujuran, kesabaran, kegigihan, serta rasa syukur yang luar biasa. Dalam usia yang tidak lagi bisa dikatakan muda, beliau tetap gigih berusaha mengumpulkan rupiah dengan cara yang halal dan lurus. Usia yang seharusnya tidak lagi digunakan untuk berpeluh dalam mencari penghasilan. Puluhan tahun, waktu yang tidak sebentar untuk berlelah dan berpanas-panas mencari rezeki. Subhanallah.
Beliau bukan pejabat kampus, apalagi petinggi negara. Beliau bukan juga seorang aktor ternama. Namun sungguh luar biasa, jika saat kepergiaanya ternyata ditangisi oleh begitu banyak mahasiswa Unpad, yang merasa sangat kehilangan seorang sosok penuh inspirasi. Mungkin dalam hidupnya beliau tak pernah bermimpi untuk dielu-elukan banyak orang pada hari berpulangnnya.
Pak Senen adalah rakyat biasa. Namun ia telah berhasil menancapkan suntikan motivasi, tanpa melalui sebuah training khusus dalam gedung nan megah. Ia berikan 'perkuliahan', bukan di dalam kelas ber-AC. Ia tebar inspirasi, tidak dengan prestasi akademik atau profesi yang memukau. Cukup dengan sifat sabar serta senyum ketulusan. Sesederhana itu.
Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa, serta memberikan ganjaran terbaik atas segala upayanya di dunia. Karena hanya DIAlah sebaik-baik dan seadil-adil pembalas atas setiap perbuatan manusia.
”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka
sama dengan pejuang di jalan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
Wallahu'alam
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu....
Selamat jalan Bapak Senen
14 November 2012
1 komentar:
Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Memeluk Kenangan
Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...
-
Hari Ahad lalu (10 Februari 2013) saya iseng maen ke Gramedia di Jalan Merdeka Bandung. Keliatan banget yah lagi nggak ada kegiatan, samp...
-
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa punya rumah sendiri. Prikitieew. Mau tau ceritanya?? Yah, dengan uang pas-pasan, salah-satu alterna...
-
Mendengar nama Zamzam, sebagian besar orang akan langsung membayangkan satu sosok yang begitu dekat dengan Alqur'an. Lantunan tilawah...
Ya Allah, teteh.... sedih banget :(
BalasHapus