24 Juni 2014
Kau & Aku adalah Kita
kali ini saya akan kembali memposting sebuah puisi, dan puisi kali ini adalah puisi cinta...hehe
Jujur, jarang banget lho saya bikin puisi romantis.
Ehm... tapi tunggu dulu. Puisi ini bukan buat someone specialnya saya sih, karena isinya juga tentang ucapan selamat ulang tahun pernikahan yang ke 25 tahun.
Tuh, nggak mungkin juga kan saya udah memiliki usia pernikahan perak :D
Jadi nih ceritanya, tadi siang saya dapet telpon dari salah satu temen. Katanya minta dibuatin puisi dengan tema yang saya sebutin tadi di atas.
Nah, setelah beberapa menit mencari inspirasi, lalu taraaa... sekitar tiga jam kemudian jadi deh puisinya. Yah romantis banget sih, bikin miris bagi yang masih single... haha...
Setelah dipikir-pikir, nggak ada salahnya juga kan sekalian saya posting puisinya di sini.
Ok, ini dia puisinya. Selamat meresapi romansa keromantisan berikut yaaa (khusus yang udah nikah aja sih) :)
Puisi ini ditujukan untuk siapa saja...
khususnya dua insan yang telah 25 tahun melalui hidup dalam ikatan cinta
Baarakallah....
semoga langgeng, selamanya dalam ridho Allah SWT :)
Happy 25th anniversary
09 Juni 2014
Nonton Film 'Ketika Tuhan Jatuh Cinta' -Lanjutan-
Sebenarnya saya pernah beberapa kali melihat novel ini di toko buku, namun saat itu saya sama sekali tidak berminat untuk membeli. Entahlah mengapa. Mungkin karena saking banyaknya pilihan judul-judul novel yang lain.
Hingga suatu hari, saya membaca sebuah tweet dari diva press, yang mengabarkan bahwa novel ini akan segera tayang di layar lebar. Rasa penasaran akhirnya membuat saya berburu sebuah novel yang sebelumnya saya abaikan. Tapi sayang seribu kali sayang sodara-sodara, setelah mendatangi beberapa toko buku, hingga menghubungi beberapa toko buku online, ternyata novel ini sudah habis. Bahkan saat saya bertanya langsung di stand penerbitnya pada sebuah Islamic Book Fair di kawasan braga Bandung, hasilnya tetap sama saja, HABIS alias KOSONG. Oh no!
Tadinya sih buat bahan perbandingan, sebelum saya menonton filmnya. Tapi yah, apa mau dikata. Memang takdirnya saya harus menonton film ini tanpa membaca novelnya terlebih dahulu.
Well, saya menonton pada hari ahad, tanggal 8 Juni 2014 di XXI Jatos (Jatingor Town Square). Bukan karena harganya jauh lebih murah dibanding tempat lain sih, tapi karena bioskop ini yang paling dekat posisinya dengan tempat tinggal saya yang berada di sebelah timur kota Bandung. Ini adalah kali kedua saya nonton di Jatos, dan suasananya masih tetap sama saja, sepi. Tapi bagi saya tidak masalah. Karena toh yang saya nikmati filmnya, bukan huru-hara para penontonnya.
Nonton Film 'Ketika Tuhan Jatuh Cinta'
Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya saat kemarin (8 Juni 2014) menonton film 'Ketika Tuhan Jatuh Cinta.' Bukan sebuah review sih sebenernya, hanya cerita-cerita aja. Karena saya memang bukan pakarnya untuk mereview sebuah film. Ya, kali-kali aja cerita saya jadi bikin pembaca sekalian penasaran and jadi pengen ikutan nonton filmnya juga :D
Ok pertama, kenapa saya mau nonton? Padahal saya bukan penggila film lho. Maksudnya nggak yang banget-banget maniak pengen nonton bioskop. Apa karena film ini dibintangi oleh Reza Rahadian? Hmm, bisa jadi, bisa jadi. Hehe :D
Tapi alasan utamanya adalah karena (melalui sinopsis yang saya baca sebelum filmnya tayang) saya menilai bahwa ini adalah film yang berkualitas (dari sisi nilai moral yang ingin disampaikan). Entah kalau dari sisi efek, gambar, de el el. Karena sekali lagi, saya bukan penggila film yang bisa menilai segi kualitas produksi sebuah film. Bagi saya, sejauh itu nggak garing, nggak bikin boring, ya cukuplah untuk tidak dilewatkan begitu saja.
Kalau dibilang bukan penggila film, tapi sebenernya saya termasuk pemburu juga sih. Biasanya film yang saya kejar adalah film yang diadopsi dari cerpen atau novel Indonesia, yang memang secara isi, sarat akan makna.
05 Juni 2014
SEPASANG MATA DI DEPAN KANTOR GURU
Sepasang mata mengawasi, seperti detektif sedang mengamati targetnya. Tidak, mata itu lebih sayu. Tidak setajam mata detektif. Tapi di balik sayunya, ia cermat mengawasi.
***
Aku berjalan menyusuri koridor menuju ruang
guru. Sebelum masuk aku melihat Eka
berdiri tak jauh di bawah teras, persis menghadap ke dalam ruangan. Seulas senyum aku lemparkan, namun ia hanya
menatap nanar. "Ah, selalu
begitu."
Bergegas aku masuk, melewati beberapa guru yang sedang asyik berbincang di ruang tamu. "Permisi, Bu." Ucapku santun sambil berlalu ke meja Bu Heni, wali kelasku. Setelah meletakkan tumpukan buku tugas para siswa, aku bergegas keluar. Sementara Eka, dia masih saja di sana.
Memeluk Kenangan
Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...
-
Hari Ahad lalu (10 Februari 2013) saya iseng maen ke Gramedia di Jalan Merdeka Bandung. Keliatan banget yah lagi nggak ada kegiatan, samp...
-
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa punya rumah sendiri. Prikitieew. Mau tau ceritanya?? Yah, dengan uang pas-pasan, salah-satu alterna...
-
Mendengar nama Zamzam, sebagian besar orang akan langsung membayangkan satu sosok yang begitu dekat dengan Alqur'an. Lantunan tilawah...