Salam bulan Juni, pembaca sekalian! :)
Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya saat kemarin (8 Juni 2014) menonton film 'Ketika Tuhan Jatuh Cinta.' Bukan sebuah review sih sebenernya, hanya cerita-cerita aja. Karena saya memang bukan pakarnya untuk mereview sebuah film. Ya, kali-kali aja cerita saya jadi bikin pembaca sekalian penasaran and jadi pengen ikutan nonton filmnya juga :D
Ok pertama, kenapa saya mau nonton? Padahal saya bukan penggila film lho. Maksudnya nggak yang banget-banget maniak pengen nonton bioskop. Apa karena film ini dibintangi oleh Reza Rahadian? Hmm, bisa jadi, bisa jadi. Hehe :D
Tapi alasan utamanya adalah karena (melalui sinopsis yang saya baca sebelum filmnya tayang) saya menilai bahwa ini adalah film yang berkualitas (dari sisi nilai moral yang ingin disampaikan). Entah kalau dari sisi efek, gambar, de el el. Karena sekali lagi, saya bukan penggila film yang bisa menilai segi kualitas produksi sebuah film. Bagi saya, sejauh itu nggak garing, nggak bikin boring, ya cukuplah untuk tidak dilewatkan begitu saja.
Kalau dibilang bukan penggila film, tapi sebenernya saya termasuk pemburu juga sih. Biasanya film yang saya kejar adalah film yang diadopsi dari cerpen atau novel Indonesia, yang memang secara isi, sarat akan makna.
Begitu dapet selentingan kabar akan ada film baru, atau akan ada novel/cerpen yang difilmkan, saya akan langsung membaca sinopsis atau tanggapan orang-orang mengenai isi cerita yang akan difilmkan tersebut. Apalagi jika memang saya belum sempet beli atau baca novel/cerpennya. Setelah membaca, melihat pemain, biasanya sih saya akan antusias untuk mencari temen nonton. Maklum, masalah 'temen nonton' ini memang sangat mengganggu. Pasalnya saya tidak suka masuk bioskop sendirian (saya yakin pembaca sekalian juga nggak suka kan?), hehe.
Alasan selanjutnya kenapa saya mau nonton, karena saya merasa sayang jika film yang nilai moralnya tinggi, tapi harus buru-buru dihentikan penayangannya hanya karena minim peminat, alias sedikit jumlah penontonnya. Ingin rasanya membuat film-film semacam ini semakin berkibar, semakin melambung ratingnya, menyaingi film-film dengan kualitas moral rendahan dan sangat tidak layak tonton, tapi maksimal peminatnya.
Sayang banget kan? Saya khawatir, semakin lama rumah produksi akan 'kapok', jika memang dari waktu ke waktu, hanya film-film berbau horor saja yang diminati oleh masyarakat. Ya, meski bersyukur juga, karena masih ada beberapa PH yang tetap konsisten memproduksi film-film yang sarat akan nilai.
Karena itu, biasanya sih saya akan rajin ikut promosi-promosiin, sharing-sharing jadwal, sinopsis, atau trailer filmnya. Padahal saya nggak dibayar lho, dan bukan juga orang yang terlibat dalam produksi film tersebut, apalagi termasuk dalam salah satu aktris/pemeran filmnya :D
Ini murni, atas panggilan hati nurani. Keinginan sendiri. Ceileeee.
Saya tidak membandingkan antara film Indonesia dengan film luar lho ya. Karena mungkin dari sisi kualitas, film luar memang jauh di atas film-film Indonesia. Dan memang terkadang film luar juga memiliki pesan cerita yang bagus (tapi saya bukan penggemar film luar sih, jadi nggak begitu faham).
Yang saya bandingkan di sini adalah, antara sesama film Indonesia, dari sisi pesan dan moral yang terkandung di dalamnya. Yah, pasti taulah maksudnya film-film yang seperti apa.
Next, alasan ketiga kenapa saya mau nonton di bioskop adalah, karena akhir-akhir saya ini memang mulai tertarik untuk mempelajari alur sebuah film, dimulai dari bentuk media cetaknya, skenarionya, hingga menjadi sebuah tayangan audio visual yang bisa dinikmati penonton. Ya sekedar pengen tau aja sih.
Bay de way, kok jadi kepanjangan gini ya? Padahal saya belum cerita apa-apa tentang pengalaman nonton film 'Ketika Tuhan Jatuh Cinta' kemarin. Haha.
Ok, ok, daripada jadi panjaaaaang sampe' ke bawah, saya cerita pengalamannya di link berikut ya. Monggo di klik
Cekidot!
09 Juni 2014
2 komentar:
Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Memeluk Kenangan
Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...
-
Hari Ahad lalu (10 Februari 2013) saya iseng maen ke Gramedia di Jalan Merdeka Bandung. Keliatan banget yah lagi nggak ada kegiatan, samp...
-
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa punya rumah sendiri. Prikitieew. Mau tau ceritanya?? Yah, dengan uang pas-pasan, salah-satu alterna...
-
Mendengar nama Zamzam, sebagian besar orang akan langsung membayangkan satu sosok yang begitu dekat dengan Alqur'an. Lantunan tilawah...
Bagus sekali itu filmnya..
BalasHapusNonton MOvie
BalasHapus