Sesosok
bayi mungil belajar menatap dunia. Tanpa
dosa, tanpa beban, tanpa tanggungjawab, tumbuh dalam kasih sayang ayah bunda
tercinta. Adakah resah jika belum
mengenal dosa, adakah benci karena belum terjebak rasa, adakah keserakahan bila
belum terpikat harta dunia. Dalam
kelemahan dan ketidakberdayaannya, bunda kerahkan seluruh tenaga, waktu,
pikiran, hingga nyawa untuk kehidupan dan harapan sang bayi. Ayahpun tak lelah mengorbankan segala
kemampuan demi nafas dan detak jantungnya.
Seakan semua rela diberikan hanya untuk kebahagian anak tersayang.
Beranjak
dewasa, sang anak semakin mengenal bagaimanakah karakter dunia, namun terjebak
di dalamnya. Meski bunda tak pernah
henti mencurahkan kasih sayangnya, namun ia terkadang mulai berani menyakiti
hati bundanya. Keluhan atau bahkan
cacian ia tumpahkan jika bunda dirasa membatasi ruang geraknya. Cibiran dilontarkan kepada ayahanda bila
materi yang diberikan tak memenuhi keinginannya. Hidupnya diambang kebingungan. Kadang terjebak dalam lubang kemaksiatan,
sibuk mengikuti tarikan nafsu, asyik tenggelam dalam ambisi dunia. Dunia seolah adalah tujuan dan cita-cita
tertinggi. Kematian, alam kubur, siksa
neraka, kenikmatan syurga, begitu kabur dari pandangan dan pikirannya. Dunia adalah segalanya, dunia adalah
kehidupannya, kebahagiaannya. Ia lupa
bahwa akhirat adalah kehidupan nyata yang tak melepas sedikitpun setiap
perbuatan kecuali bersama tanggungjawabnya.
Sabar
ayah bunda mengajarkannya bagaimana menghadapi dunia. Agama, keimanan, ibadah, dan ketaqwaan
diharapkan dapat menjadi bekal kehidupan.
Namun silaunya cahaya semu dunia membuat hatinya jengah. “Ayah kolot, Bunda kampungan. Ini adalah dunia zaman sekarang, berbeda
dengan dunia dulu.” Ach..nak…, adakah
kau merasa lebih pandai dari ayah bundamu? Sadarkah bahwa kau sedang terjebak
dalam bahaya, yang akan membawamu jauh dariNya ? apakah yang kau kejar, sedang
dunia tak memberikan kepuasan kecuali hanya sesaat, kemudian berlalu
meninggalkan ambisi dan keserakahan ? Lelah…, yakin pasti hatimu akan lelah
bergelut di dalamnya. Lalu adakah
kenikmatan dan ketenangan di sana
?
Di
saat lain mungkin ia berhasil menemukan hidayah Tuhannya. Tentramnya jiwa, indahnya hidup, mampu ia
rasakan ketika berada dekat dariNya.
Hidup hanyalah untuk Ilahi.
Segala maksiat, dosa, serta segala yang membawa murkaNya sekuat mungkin
berupaya dihindari. Amal, keikhlasan,
ibadah, serta apa yang menjadi ridhoNya sebisa mungkin berusaha dilakukan. Kenikmatan dunia terkalahkan oleh keinginan
meraih kekalnya kenikmatan ukhrawi.
Terangnya hati tak membuat matanya kabur oleh harta dunia. Cinta tertinggi, utama dan pertama hanya
kepada Allah. Cinta Rasul dan jihadpun
senantiasa mengikuti setelahnya. Bakti
ayah bunda tak kan
lepas dari pita ingatan, sehingga dalam keadaan apapun keduanya tetap berhak
atas cinta dan kasih sayangnya. Indahnya
hidup dalam hidayah…. Tiada keserakahan
karena dunia bukanlah ambisinya, tiada kebencian karena kasih dalam ukhuwah
lebih diutamakan. Aturan Ilahi adalah
aturan setiap desah nafasnya. Al-qur’an
dan sunnah menjadi tuntunan dalam langkah dan tingkah lakunya. Rahmat, ridho, dan syurgaNya adalah
kerinduan, sehingga syahid menjadi cita tertingginya. Maksiat, murka, dan neraka adalah
kekhawatiran, sehingga hidupnya tak tunduk oleh nafsu syaithani. Tak ada keresahan, karena jiwanya begitu
dekat dengan Ilahi.
Namun
bukan tak mungkin ia akan terjebak kembali dalam genangan dosa. Suatu saat ia mungkin tak dapat merasakan
tentramnya hidup dalam cintaNya, bahkan mungkin ia lupa bagaimana indah dan
mahal hidayah dariNya. Hatinya menjadi
lelah karena dunia kembali menjadi impian, sedang akhirat mulai jauh dan
terlupakan. Tiada lagi kerinduan atas
amal dan ibadah, tiada lagi ketakutan akan murka dan siksaNya. Oh…nak, ternyata jiwamu masih labil. Berusahalah untuk tetap istiqomah dalam
kebenaran, apapun kondisimu saat ini.
Kenanglah betapa beruntungnya ketika kau berhasil hidup dalam petunjuk
dan tuntunan Ilahi. Jika kenangan ini
mulai mengabur, jangan berhenti memohon padaNya agar ia mengembalikan hatimu
dalam hidayah.
Di
antara kelelahan jiwa, sesaat sang anak merenungi perjalanan hidupnya. Mengapa ia dihadirkan di dunia, untuk siapa
kehidupan ini sesungguhnya, bagaimanakah keadaannya setelah kehidupan dunia
berakhir, sanggupkah jika siksa kubur menjadi konsekuensi atas kemaksiatan dan
dosa, pantaskah lapangnya alam penantian bagi tubuh hinanya, cukupkah atau
diterimakah amalannya selama ini, lalu manakah yang menjadi tempat kembalinya,
syurgakah ataukah neraka ?
Bayangan
syurga yang terlalu mulia jika harus disandingakan dengan setitik amal ibadah,
pedihnya azab kubur yang tak kan
sanggup dirasa, membuat jiwa sang anak berkelut dalam getar taubat dan
penyesalan. Saat ini, ia kembali kepada
jalan Tuhannya. Penuh harap ia melafadzkan
do’a, berharap do’anya lahir dari ketulusan jiwa agar Allah berkenan
mengabulkan.
“Ya
Allah.., dalam keinsyafan yang Engkau anugerahkan ini, hamba haturkan munajat
antara harapan dan keyakinan, hamba serasikan lantunan istighfar antara lisan
dan batin. Inilah wujud kesungguhan hati
untuk kembali ke jalanMu, dengan memaknai kehidupan bersama kebenaran. Baru kini diri menyadari betapa mahalnya
hidayahMu, betapa berharga petunjukMu.
Jangan biarkan ia jauh dari hati ini.
Tetapkan ia selamanya berada di dalam dada hamba, sebagai kekuatan untuk
meneruskan pengorbanan. Jangan biarkan
jiwa ini semakin tenggelam dalam badai
kefuturan. Berikan kekuatan untuk
kembali membangkitkan hasrat perjuangan, agar dapat ku raih keridhoanMu.”
“Rabbanaa
laatuzighquluubanaa ba’da idz hadaitana wahablana milladunkarahmah, Innaka
antalwahhaab – Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada
kami Rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah maha pemberi
(karunia).”
Wallahu’alam
ﻮﻔﻴﺔ ﻠﻧﺴﺎ ﺀ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih