15 Februari 2013

'Hujatan', Sarana Promosi Yang Efektif


Hujatan?  Yah, hujatan, cacian, pencitraan buruk, pemberitaan miring, dan semacamnya.  Tapi mengapa justru menjadi bentuk promosi atau pengenalan yang efektif?

Ini semata pengamatan awam dari saya yang beberapa kali mendapatkan berita serupa.
Tentu masih ingat peristiwa 11 September 2001 di Amerika.  Pemberitaan saat itu sangat sangat sangat memperburuk citra Islam.  Islam teroris, Islam identik dengan kekerasan, Islam mengajarkan perang, Islam yang kasar, dan sebagainya.  Tentu media sengaja (karena telah dikendalikan oleh pihak tertentu) untuk membesar-besarkan berita ini.  Menyampaikan seluas mungkin, bahkan ke seluruh lapisan masyarakat dunia, bahwa Islam adalah agama kasar dan jauh dari nilai kemanusian.  Tujuannya?  Pastilah agar semakin banyak yang membenci Islam.  Faktanya??



Data menyebutkan bahwa puluhan ribu orang Amerika akhirnya justru masuk Islam pasca pemboman gedung WTC tersebut.  Tidak hanya satu dua orang, tapi puluhan ribu.  Bahkan tidak hanya di Amerika, tapi juga merambah ke Eropa dan beberapa negara lainnya.

Adakah Islam yang saat itu sedang terpojok memiliki daya untuk 'menghasut'?  Pasti tidak, jika bukan karena masyarakat sendiri yang membuka mata selebar-lebarnya, mencari sendiri faktanya, dan meresapi mana yang benar juga mana yang salah.  Hujatan demikian hebat justru membuat semakin banyak masyarakat (termasuk dari kalangan non muslim) yang menjadi penasaran.  Mereka mengumpulkan fakta, mencari informasi, hingga sampai pada satu kesimpulan.  Mereka penasaran.  Ada apa dengan Islam, sehingga seakan demikian ditakuti?  Demikian 'harus' diusik dan dipojok-pojokkan.  Pasti ada sesuatu.  Pasti karena ada pihak yang merasa terusik.

Lalu peristiwa penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW yang seringkali terjadi.  Apa dampaknya?  Tak jauh berbeda, karena faktanya banyak penduduk Eropa yang akhirnya bersyahadat, memeluk agama Islam, yang Nabinya baru saja dihina.  Boro-boro menjauhkan penduduknya dari Islam, peristiwa ini justru membuat masyarakat Eropa gencar mencari informasi, dan akhirnya jatuh hati pada keperibadian Rasulullah SAW.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang saat ini sedang ditempa ujian, mengundang tak sedikit cacian dan cibiran dari masyarakat.  Tapi saya dibuat takjub juga oleh fakta yang menyebutkan bahwa justru semakin banyak masyarakat yang menyatakan diri ingin bergabung menjadi kader PKS.
Beberapa tulisan yang saya temui juga menyebutkan bahwa mereka yang awalnya sama sekali tidak tertarik, menjadi penasaran dan merasa perlu untuk mengorek fakta yang sesungguhnya, kemudian menyatakan rasa simpatinya kepada PKS.

Ada apa dengan PKS yang ketika tertimpa sedikit masalah (entah benar entah hanya sekadar fitnah), langsung mengundang media untuk melakukan pemberitaan secara besar-besaran.  Berita kecil saja dari PKS akan berdampak luar biasa.  PKS demikian disorot.  Seakan banyak pihak yang merasa terusik, tidak suka, benci, kepada PKS, sehingga ketika tersandung sedikit masalah mereka akan langsung vokal menyebar berita, dan langsung mengatakan, "Tuh kan, ternyata PKS itu...."  Dan sebagainya.  Tapi mengapa?  Apa yang demikian mereka takuti dari PKS?  Rasa penasaran ini yang akhirnya membuka mata masyarakat untuk mencari dan mengumpulkan informasi, untuk kemudian mengambil kesimpulan sendiri.  Dan terbukti, luar biasa peningkatan jumlah masyarakat yang akhirnya mendaftar menjadi kader.

Lalu bagaimana tubuh PKS sendiri?  Apakah akan hancur, luluh, berantakan?  Sejauh yang saya amati, kader PKS justru menjadi semakin solid.  Masalah membuat mereka merasa perlu untuk semakin mengeratkan genggaman tangan, dan saling mengingatkan untuk juga mengevaluasi diri masing-masing.  Karena sungguh, tak ada manusia yang bebas dari kesalahan.  Tidak ada.  Dan masalah ini menjadi ajang penyadaran bagi para kader untuk bermuhasabah, semakin berhati-hati dalam melangkah, disamping juga semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meningkatkan kualitas ibadah.  Bersyukur karena masih ada yang mau menyadarkan, hingga masing-masing merasa perlu untuk terus dan terus berbenah.

PKS partai kader, bukan partai figur.  Sehingga satu figur terkena musibah, akan ada banyak figur lain yang mampu menggantikan.  Tidak akan tumbang dan kelabakan karena ditinggal pemimpin.  Terbukti ketika presiden partai ini tertimpa masalah yang akhirnya memilih untuk mengundurkan diri, keesokan harinya langsung ada presiden baru.  Tak perlu berlama-lama untuk mencari pengganti, karena setiap orang dikader untuk tidak bergantung pada satu orang semata.

Yah, setiap jalan kebenaran selalu mengundang cibiran, rasa tidak suka, bahkan kebencian.  Akan selalu ada pihak yang merasa terusik keberadaannya.  Sebagaimana perjuangan Rasulullah yang juga banyak mendapatkan pertentangan.  Islam agama kebenaran, tapi ternyata tidak semua suka bahkan tak sedikit yang demikian benci sebenci-bencinya.

Memang, saya tidak bermaksud menyamakan antara kebenaran Islam dan PKS, karena PKS belum tentu mutlak kebenarannya.  Tapi setidaknya fenomena ini menyadarkan kita, bahwa cacian tidak harus dibalas cacian.  Hujatan tidak harus membuat kita kembali menghujat.  Tak perlu kebakaran jenggot, apalagi melakukan aksi brutal.  Karena sesungguhnya celaan adalah sarana evaluasi, agar kita semakin mengokohkan ukhuwah, mengeratkan kesolidan, serta semakin berhati-hati dan terus melakukan perbaikan.  Masalah penilaian masyakarat, biarkan mereka mencari informasi yang akurat, untuk kemudian mengambil kesimpulan sendiri.

Tetap semangat berjalan di atas kebenaran, meski tak sedikit gugatan dan celaan yang didapatkan.

Wallahu'alam

Semoga Allah SWT selalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih

Memeluk Kenangan

Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...