06 Maret 2015

Mari Bersihkan Kacamata Kita

Assalamu'alaikum pembaca wafiyyatunnisa's site. . .

Apa kabar hari ini?

Adakah di antara sahabat yang menggunakan kacamata?
Saya adalah seorang pengguna kacamata minus.  Sebagai pengguna kacamata maka saya sangat memahami bahwa apapun yang tertangkap oleh mata saya, terlebih dahulu akan melalui kepingan lensa yang bertengger manis di hadapan hidung saya.

Jika lensa kacamata saya bening, bersih, tanpa debu, maka jernih juga segala apa yang akan saya lihat.
Tapi bagaimana jika lensa kacamata saya penuh debu?
Jika karena debu ini maka dalam pandangan saya semua terasa kotor dan rusak/jelek, bagian manakah yang harus saya perbaiki.

Sahabat,
Berkaitan dengan tema ini, saya pernah membaca sebuah kisah (saya tidak tahu siapa pencetus asli dari kisah ini).  Tapi boleh kiranya saya tampilkan di sini, sebagai sebuah ilustrasi sederhana.

Sebuah keluarga muda baru saja menikah menempati sebuah rumah kecil di sebuah komplek perumahan. Pada suatu pagi sang istri melalui kaca jendelanya melihat tetangganya sedang menjemur pakaian.
 
“Cuciannya kelihatan kurang bersih ya pak”, kata sang istri. 
“Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar atau mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus.”
 
Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun.
Sejak hari itu, setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yang sama tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya.

Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya terlihat cemerlang dan bersih, dan dia berseru pada suaminya
 
“Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci dengan benar.  Siapa ya kira-kira yg sudah mengajarinya ya?  Hmm…” 

Sambil senyum-senyum.  Sang suami berkata,
“Aku bangun pagi-pagi sekali hari ini dan membersihkan jendela kaca rumah kita.”

Begitulah kehidupan…
Apa yg kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung pada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya.
 
Sahabat,
Terkadang tanpa kita sadari, ada satu debu yang menutupi pandangan kita.  Mungkin sebuah kebencian, rasa dengki, iri hati, kesal yang begitu mendalam.

Pernahkah sahabat mengalami hal ini?  Saat seseorang melakukan sebuah kesalahan, mungkin satu kali, dua kali, atau lebih, lalu kesalahan itu menorehkan rasa benci yang luar biasa.
Rasa benci yang kemudian tidak lagi menyisakan kebaikan dari seseorang, karena yang tampak dalam pandangan kita hanyalah keburukan, kejelekan, dan kesalahan.

Mungkin di dalam hati kecil kita, kita juga tidak membenarkan tindakan yang kita lakukan.  Kita menyadari bahwa tidak adil rasanya jika harus selalu mengungkit kesalahan, dan menutup mata rapat-rapat saat melihat seseorang melakukan kebaikan.

Saat seseorang yang kita benci melakukan kebaikan pun, rasanya ada saja alasan untuk memberikan tuduhan keji.  Entah mungkin kita menuduhnya cari muka, ada udang di balik batu, atau hal serupa lainnya.
Rasanya tidak ada lagi celah bagi orang yang kita benci untuk menunjukan kebaikan.  Semua salah, semua negatif, semua serba buruk.

Pernahkah sabahat merasakan hal ini?

Sahabat, seperti kisah singkat di atas, ternyata keburukan seseorang yang tampak dalam pandangan kita, tidak melulu adalah karena kesalahan orang yang bersangkutan.  Mungkin memang bisa jadi seseorang tersebut berbuat salah, dan untuk ini kita memiliki tanggungjawab untuk menasihati.

Tapi adakalanya, seseorang tampak buruk, salah, negatif, hanya karena pandangan kita yang mengalami sedikit masalah.  Jika kacamata kita yang berdebu, lalu segala sesuatu terlihat kotor dan bermasalah, apakah segala yang tampak dalam pandangan kita yang harus dibenahi?
Bukankah kesalahan ada pada kaca yang menghalangi pandangan kita?
Lalu bukankah lebih masuk akal jika kita mengambil lap pembersih kacamata, lalu membersihkan lensa kacamata kita?

Sedikit renungan sahabat.
Semoga kita tergolong orang yang selalu mau melakukan instrospeksi, dan membenahi pandangan mata dan hati kita.


Salam semangat!

1 komentar:

Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih

Memeluk Kenangan

Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...