Hari ini tanggal 27 September 2013, kemaren tanggal 26 September 2013 (ya iyalah! :D).
Maap, saya bukan lagi pengen ngajakin ngitung-ngitung tanggal, tapi tanggal 26 September itu pernah memberikan kenangan tersendiri. Nah, berhubung kemaren saya lupa, jadi hari ini deh diposting ceritanya.
Sebelumnya, tahun 2010 lalu, cerita ini pernah diterbitkan dalam buku antologi "Love Lebaran" oleh Indie Publishing.
Dah cukup lama sih kejadiannya, tapi saya memang termasuk orang yang menghargai sejarah (ceilee). Biasanya, tanggal untuk moment-moment penting akan selalu saya ingat, untuk kemudian setiap tahun saya kenang menjadi salah satu episode kecil dalam hidup saya (Eheeem!).
Ya udah deh, langsung aja baca ceritanya yuk.
Lepaskan
Burung Dari Sangkarnya
(Kado
Lebaran 1426 H)
Kisah
ini terjadi pada tahun 2005. Tahun di
mana aku berhasil menuntaskan studi D3 di kampus PAAP FE UNPAD, sekaligus
menjadi tahun pertama aku belajar merasakan dunia luar kampus, termasuk dunia
kerja. Yah, tuntutan apalagi yang paling
utama bagi seorang wisudawan perguruan tinggi, ‘mantan’ mahasiswa yang baru
saja melepas status kemahasiswaannya, selain bekerja. Seolah sudah menjadi siklus kehidupan yang
wajib dijalani dalam kehidupan normal bermasyarakat.
Itulah
yang aku rasakan saat itu. Begitu ritual
wisuda selesai, dengan berbekal ijazah dan transkrip nilai sementara (karena
ijazah asli masih dalam proses), aku seperti juga teman-teman seperjuangan yang
lainnya mulai sibuk mengirimkan aplikasi pekerjaan ke berbagai perusahaan.
Kurang
dari satu bulan kemudian, aku mendapat panggilan tes di sebuah lembaga. Setelah mengikuti berbagai tes dan wawancara
aku diminta menunggu beberapa hari untuk mengetahui hasil dan tahap
selanjutnya. Beberapa hari kemudian aku
mendapat telpon dari bagian personalia yang meminta aku untuk datang kembali,
dengan menggunakan dress code warna
biru.
Keesokan harinya aku memenuhi undangan untuk hadir di sana. Ternyata tepat saat itu aku resmi diterima
bekerja di sana, dengan status ‘masa percobaan’ selama tiga bulan.
Pada hari
pertama aku bersama beberapa calon pegawai lainnya mendapatkan pengarahan, dilanjutkan
dengan perkenalan ke beberapa personal di kantor pusat. Setelah itu kami ditempatkan dalam ruangan
keuangan, sebuah ruangan yang tidak terlalu luas dan nanti akan menjadi ruang
kerja kami. Jumlah kami calon pegawai
saat itu ada enam orang.
Hari
kedua bekerja aku masih belum mendapatkan pekerjaan yang jelas. Hal ini wajar terjadi pada setiap pegawai
baru, karena pasti dibutuhkan masa-masa adaptasi dan transfer ilmu dari para
pegawai lama. Namun beberapa hari
kemudian, empat orang teman lainnya mulai mendapatkan kejelasan tugas, dengan
meja dan komputer masing-masing. Aku
bersama satu orang teman masih menunggu, sehingga saat itu masih mengerjakan
pekerjaan manual, di ruangan yang biasa digunakan untuk pengarahan.
Satu
pekan, dua pekan, dilalui dengan pekerjaan yang cukup membosankan. Aku beristighfar dalam hati jika terbersit
rasa enggan saat akan berangkat menuju kantor.
Saat itu aku bingung, karena di tengah-tengah kantor dengan segala
kesibukan dan aktivitas yang beragam, aku seolah hanya membuang waktu dari pagi
hingga saat tiba jam empat sore, waktunya pulang. Dalam kondisi seperti itu, bukankah lebih
baik memiliki kesibukan dan larut dalam pekerjaan yang menumpuk, daripada hanya
diam sambil menunggu instruksi?
Pekan
selanjutnya, memasuki bulan ramadhan aku mulai mendapat satu pekerjaan yang
berkaitan dengan rekap penyaluran ramadhan.
Tapi sayang, aku tetap belum mendapatkan komputer sendiri, sehingga
untuk melakukan tugas itu aku harus menanti salah seorang pegawai lain
‘mengikhlaskan’ komputernya untuk aku gunakan.
Kondisi yang masih kurang menyenangkan, karena tidak tenang bekerja di
bawah rasa buru-buru.
Entahlah,
apa karena aku yang kurang bersyukur atau memang masih belum terlalu memahami
dunia kerja, sehingga perasaan bingung dan tak nyaman selalu menyapa setiap aku
harus berangkat kerja setiap hari. Dalam
perjalanan aku selalu berfikir, hari ini
ada kerjaan nggak ya?, bakalan boring lagi nggak hari ini? dan seterusnya. Amanah pekerjaan yang dititipkan kepadaku
memang tak banyak. Aku hanya diharuskan
merekap pada akhir jam kerja, pada sore menjelang pulang, sehingga selebihnya,
aku lebih banyak diam. Terkadang, untuk
mengisi waktu (daripada bengong) aku tilawah atau menambah hafalan qur’an. Tapi tentu aku tak boleh meninggalkan
ruangan, karena masih dalam jam kerja.
Ini akhirnya menghadirkan pemandangan yang sangat kontras, di tengah
orang-orang yang sibuk dengan layar monitor di hadapannya, aku berdua bersama
teman (senasib) duduk di bagian belakang (kursi tambahan tanpa meja), tampak
seperti sedang mengawasi.
Pernah
suatu hari pimpinan personalia yang melihat aku sedang tilawah di dalam ruangan
menegur pimpinan keuangan (atasanku).
“Itu, kenapa nggak dikasih kerjaan?”
“masih
belum ada kerjaan yang bisa diberikan pak,” jawab atasanku saat itu.
Begitulah
hari-hari yang aku jalani hampir setiap hari.
Aku selalu berdoa agar diberikan yang terbaik, agar dapat ikut berkarya
dan memberikan prestasi yang baik. Iri
juga rasanya melihat teman-teman yang demikian sibuk dengan pekerjaannya, yang
terkadang mengharuskan mereka untuk lembur pada hari libur. Sementara aku, yang hampir tak memiliki tugas
selalu setia menanti saat-saat pulang, saat bebas dari segala kejenuhan berada
di sana.
Hingga
suatu hari, satu hari sebelum libur lebaran, diadakan evaluasi kinerja
bulanan. satu persatu karyawan menghadap
atasan masing-masing untuk mendapat ‘wejangan’.
Beberapa pegawai telah kembali dengan wajah tenang, tampak lega karena
tak ada hal buruk terjadi. Kini tiba
giliranku. Aku mendatangi sebuah
ruangan, dan di sana telah menanti atasanku.
Setelah duduk dengan posisi saling berhadapan, atasanku mulai membuka
suara.
“Dian,
hmm…, gimana saya harus bilangnya ya?
Dalam evaluasi ini saya ingin bilang bahwa kerjaan Dian selama ini bagus
dan kepake’. Saya juga sudah melihat transkrip nilai Dian,
nilainya tinggi banget ya.” (hehe, memang saat itu saya lulus dengan predikat cumlaude). Aku tersenyum, sambil menanti
ucapan selanjutnya. Masih belum mampu
mencerna arah pembicaraan.
“Tapi saya
pikir, sayang klo ilmu dan keahlian dian kurang dioptimalkan di sini. Ya, mungkin ada tempat lain yang lebih
baik, di mana dian bisa lebih mengembangkan potensi, lebih berkembang.” Diam lagi, masih menerka.
“Sebenernya
nggak enak juga saya harus bilang ini ke Dian.
Tapi, dari kami mungkin Dian cukup dulu sampai di sini.”
Sama-sama diam. Tapi kali ini rasanya aku mulai bisa
merasakan ke arah mana topik akan dibawa.
aku masih berusaha tersenyum, menahan perasaan yang mulai tidak enak.
“Jadi,
setelah lebaran nanti silahkan Dian klo mau datang, mungkin untuk berpamitan
dengan teman-teman yang lain. Kami masih
membuka pintu. Setelah ini, Dian bisa
mengurus surat keterangan pernah bekerja dari bagian personalia, jika
diperlukan untuk referensi ke depannya.”
“Baik
bu, terimakasih.”
Hari itu, aku masih melanjutkan
pekerjaan hingga jam pulang tiba. Hari
terakhir aku berada di sana. Hari di mana
aku mendapatkan kabar tentang pemutusan hubungan kerja, setelah satu bulan
setengah aku menjadi calon pegawai. Hari
menjelang 1 Syawal 1426 H. Dan hari
yang bertepatan dengan tanggal 1 November (hari ulang tahunku).
Sepulang
dari sana, di dalam angkutan umum aku merenung.
Mungkin ini justru jawaban Allah atas doa-doaku. Aku tak pernah berdoa untuk tetap bertahan di
sana, namun aku berdoa untuk diberikan yang terbaik. Kondisi saat itu memang mengharuskan aku
untuk bekerja, karena hidup di perantauan jauh dari orang tua. Keinginanku untuk tetap berada di bandung seolah
menjadikan aku wajib untuk memiliki penghasilan sendiri.
Idul fitri dan
ulang tahun, dua moment yang mungkin seharusnya menjadi moment bahagia, justru
aku jalani dengan kenyataan yang kurang mengenakkan. Sebuah kado lebaran dan kado ulang tahun paling
“special” dalam hidupku.
Yah, begitu
special saat aku berhasil mendapatkan hikmahnya. Hikmah yang aku dapatkan tepat satu tahun
kemudian. Aku masih ingat tanggal 26
September 2005 adalah tanggal yang tertera di surat perjanjian kerja saat itu,
sebelum kemudian diputuskan dengan surat keterangan pada tanggal 1 November
2005. Namun tepat tanggal 26 September
2006, aku kembali menandatangani surat perjanjian kerja (tempat aku bekerja
hingga saat ini). Tempat kerja dengan
lingkungan yang kondusif dan penghasilan yang sangat lumayan saat itu. Tempat di mana aku merasa aku dapat lebih
memanfaatkan ilmu bahkan mengembangkan pemahaman serta pengalaman. Hal yang mungkin tidak aku dapatkan jika aku
tetap dipertahankan di tempat kerja lamaku.
Aku teringat
akan pesan pimpinan personalia dalam kuliah pagi (kebiasaan di kantor itu
memang mengadakan semacam motivasi/ceramah setiap hari sebelum memulai
aktivitas). Hari itu bertepatan dengan
hari di mana aku mendapatkan kabar tentang pemutusan hubungan kerja. Saat itu, aku merasa isi ceramah yang
disampaikan demikian mengena. Berikut makna
kalimat yang masih selalu aku ingat hingga detik ini (meski dengan redaksi
kalimat yang berbeda) :
“Terkadang
kondisi mengharuskan kita pergi jauh, untuk mencari sesuatu yang lebih
baik. Ibarat burung yang dilepaskan dari
sangkarnya. Bukan karena tidak sayang
dan menghendaki keburukan. Tetapi justru
karena keyakinan, bahwa kebaikan burung itu akan didapatkan saat ia dibebaskan
terbang di alam bebas, mengepakkan sayap lebih lebar lagi, mengembangkan bakat
lebih jauh lagi. Maka saat kita
dilepaskan dengan tujuan agar dapat lebih berkembang, bersyukur dan berterima kasihlah. Seperti juga burung yang pasti akan berterima
kasih, saat ia dilepaskan dari kungkungan sangkar yang sempit, menghirup udara
kebebasan yang demikian luas.”
Yah, itulah satu dari sekian banyak episode hidup yang terus saya kenang. Hidup memang penuh warna-warni. Banyak cerita suka dan duka. Tidak komplit rasanya, jika hidup hanya mengandung sukanya saja.
Syukuri hidup kita, lengkap dengan segala kisahnya. Suka duka telah diatur dengan begitu sempurna, oleh pemilik skenario yang Maha Sempurna.
Maka, di Jum'at yang penuh barakah ini, mari bersyukurlah.
ALHAMDULILLAH....
menarik dan bermanfaat nih infonya
BalasHapussenang sekali bisa mampir ke blog anda
terimakasih banyak gan
nice post gan
BalasHapusterimakasih telah berbagi
sukses terus
innfo nya bermanfaat
BalasHapusdan sangat keren gan
ditunggu info nya