Ramadhan di setiap tahunnya memang menyimpan cerita dan kesan tersendiri. Saya ingat, dua tahun yang lalu, Ramadhan saya lalui berdua bersama teteh. Pulang pergi tarawih jalan kaki ke Pusdai. Bahagia, meski tak utuh berkumpul bersama seluruh anggota keluarga. Yach…semenjak saya menginjakkan kaki di kota Bandung sebagai anak rantau,
kumpul2 bersama orang tua hanya dilakukan kurang lebih 2 kali dalam setahun di Bandung, saat hari raya idul fitri dan saat moment2 khusus yang memang hampir selalu ada setiap tahunnya. Orang tua tiba di kota Bandung biasanya satu pekan sebelum hari raya, so…..hari2 Ramadhan sebelum kedatangan orang tua, biasanya kami lalui berempat (empat bersaudara nich..). Tapi, sebelum ramadhan dua tahun lalu kakak saya yang pertama menikah dan tinggal bersama keluarga di cimahi, kakak nomor dua masih di garut waktu itu.
O iya, dua tahun lalu pula…tepat awal Ramadhan adalah hari2 pertama saya menjalankan tugas di kantor saya, LPPM ITB (tempat saya berkarya hingga saat ini). Cukup lelah tapi menyenangkan, karena punya aktivitas baru.
Berjalan satu tahun kemudian, Ramadhan saya lalui sendirian. Teteh yang biasanya selalu bersama telah menikah pada November 2006 (tiga bulan setelah pernikahan bang Maulvi). Karena suami teteh ditugaskan di Indramayu, teteh pun memutuskan untuk ikut tinggal di sana.
Sedih memang, karena meski tinggal di perantauan, saya belum pernah merasakan hidup sendirian sebelumnya. Jauh dari orang tua, tapi masih tinggal bersama saudara. Hmm…mungkin ini pembelajaran agar saya semakin dewasa dan mandiri. Sebagai anak terakhir dalam keluarga, saatnya saya menguji keberanian diri (ceeeilee…. :P).
Hari2 saya rasakan demikian monoton karena sendirian. Pagi hari kerja hingga sore, malamnya tarawih di Pusdai….sendirian. Awal2 kepergian teteh sich saya sering mengajak beberapa akhwat untuk mabit di tempat saya. Tapi ketika Ramadhan, saya maklum karena masing2 punya agenda sendiri bersama keluarga masing2.
Saya coba cari hikmahnya, karena yang saya rasakan kesendirian memang terkadang mengundang diri untuk lebih khusyu’ dan konsentrasi beribadah, merasakan kehadiran Allah. Meski ada juga saat2 yang membuat diri jadi kurang semangat, terutama di saat makan sahur dan ifthor….he he.
Hhhmm…sempat terbersit dalam pikiran saya saat itu…’Ramadhan taun depan saya tak ingin sendirian lagi”.
Nach.., Ramadhan tahun ini, jika Allah menyampaikan saya padanya..InsyaAllah saya memang tidak sendirian lagi. Bersama siapakah saya…???
Tanggal 12 April yang lalu, tepat satu hari sebelum pencoblosan Gubernur Jawa Barat, orang tua saya kembali datang. Kehadirannya kali ini untuk menemani teteh yang memang diprediksikan sesaat lagi akan melahirkan. Maklum, teteh khan pastinya belum terbiasa dengan kehadiran seorang bayi. Memang benar sich, tanggal 17 April de’arfa lahir, dan mama yang paling dibikin repot…he he. Karena kondisi yang memang belum memungkinkan, orang tua yang rencananya hanya 3 bulan di Bandung, berubah pikiran. “sekalian aja ampe’ beres lebaran” kata mama dan papa. Duch…, seneng banget dech…, beneran khan akhirnya Ramadhan taun ini saya tak sendirian. Rame malah….^_^
Ada mama, papa, bang rul, teteh dan suaminya, bang maulvi, istri dan jg de’zaki yang pasti akan lebih sering berkunjung, juga de’arfa tentunya.
Alhamdulillah…, semoga suasana yang lama tidak saya rasakan ini menciptakan semangat baru juga dalam meraih berkah Ramadhan. Ya Allah, indahnya kebersamaan ini semoga dapat menjadikan Ramadhan yang sesaat lagi akan hadir, menjadi Ramadhan terindah sepanjang sejarah kehidupan saya. Amiin…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Memeluk Kenangan
Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...
-
Hari Ahad lalu (10 Februari 2013) saya iseng maen ke Gramedia di Jalan Merdeka Bandung. Keliatan banget yah lagi nggak ada kegiatan, samp...
-
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa punya rumah sendiri. Prikitieew. Mau tau ceritanya?? Yah, dengan uang pas-pasan, salah-satu alterna...
-
Mendengar nama Zamzam, sebagian besar orang akan langsung membayangkan satu sosok yang begitu dekat dengan Alqur'an. Lantunan tilawah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih