20 Agustus 2008

Keputusan memang harus di ambil

Cerita dilema dalam memutusakan tempat kuliah ternyata masih berlanjut. Ngobrol sana-sini ke beberapa orang, masing2 punya saran sendiri. “Udah dian, g perlu di Unpad lagi….udah mahal…lama lagi lulusnya” Saran senada seperti ini saya dapatkan dari beberapa orang, terutama rekan2 di ITB yang tentu memahami kondisi kerja dan prioritas saya dalam bekerja. Tapi tak sedikit juga yang menyatakan pendapat bersebrangan.

“Sayang banget dian, saya yakin kamu pasti bisa kok selesaikan kuliah kamu meski di Unpad juga…, masa’ udh lulus harus dilepas. Coba pikirin lagi dech..”. “Sebenernya klo buat dian sich kurang berpengaruh juga lulusan S1 mana, Akreditasi A atau B sekalipun, karena bukan untuk cari kerjaan lagi. Kecuali klo dian punya niat pindah dan cari kerjaan di luar ITB…” kali ini masukan dari atasan saya di kantor. Hhmm.., saya pribadi terus terang bingung juga sich. Masing2 memang ada benarnya juga. Pengen banget dech nerusin kuliah di Unpad lagi, sayang klo harus pindah Universitas. Kelulusan saya bisa jadi jawaban dari Allah bahwa itu tempat yang terbaik. Apalagi, dari segi dana ternyata InsyaAllah saya mampu mengatasi. Duch….di Unpad aja dech….

Yach…, mungkin ini keputusan akhir yang akan saya ambil saat itu, jika bukan karena saran orang tua dan anggota keluarga. “Sekarang prioritasnya khan kerja, bukan kuliah. Jadi sebisa mungkin kulianya jangan sampe’ menghalangi kerjaan. Mama sich nyaranin, cari tempat yang aman aja, apalagi melihat kondisi kerja yang selalu pulang malam dan lembur hampir tiap sabtu. Yach…meski udah dapet izin dari atasan, tapi khan ketika kerjaan lagi banyak2nya, mau ga mau harus bolos kuliah. Klo di Unpad, mungkin rada susah dan disiplin. Lagian khan ga masalah di kampus manapun, toh bukan untuk cari kerjaan lagi khan..?” Kurang lebih selalu seperti ini jawaban mama setiap saya coba minta masukan di tengah2 kebingungan saya. Berkali-kali saya minta saran, berharap mama mengeluarkan saran yang berbeda. Terus terang, untuk beberapa hal…, berat saya melangkah ketika harus melawan saran orang tua. Bagaimanapun, terkadang orang tua punya feeling dan pikiran yang ‘misterius’. Saran dari yang lain bisa jadi saya ambil dan bisa juga saya abaikan. Karena toh yang menjalani khan saya sendiri. Tapi klo saran dari orang tua diabaikan…, duch….berat dech pokoknya.

Meski secara finansial memang akan menjadi tanggungan saya pribadi, dan tak ada paksaan dari orang tua untuk mengikuti sarannya, tapi….hanya Allah yang tau bahwa hati ini tak akan mampu menolak masukan2 mereka.

Jelang batas akhir pembayaran dan registrasi di Unpad semakin mengundang dilema. Sayang sich sebenernya. Sedih….melihat suasana registrasi di hari terakhir. Sempat terpikir dalam benak saya, “saya juga harusnya ikut antri di sana…, mendapatakan KTM…., melihat pengumuman kelas dan jadwal kuliah…..” ach sudahlah….waktu berlalu dan tak akan kembali.

Saat2 ini saya jalani dengan tak lepas dari istikharah. Ya Allah…, yang menguasai segala yang ghaib, yang Maha Mengetahui segala kejadian yang akan datang, yang menggenggam masa depan hamba…, mohon tunjukkan jalan yang terbaik. Mohon hilangkan segala keraguan, mantapkan hati pada satu keputusan, dan mudahkan segala jalan menuju apa yang menurutMu terbaik untuk hamba.


Keyakinan saya akan ridho Allah ada pada ridho orang tua setidaknya menenangkan hati saya. Saya tau, masukan yang manapun dan dari siapapun boleh saya ambil dan masing2 punya kelebihan dan kekurangan. Tak masalah saya ambil yang manapun. Tapi setidaknya, saya berharap ada nilai plus dari keputusan akhir ini, karena kepatuhan saya pada masukan orang tua. Semoga Allah mudahkan jalannya. Semoga bernilai ibadah dihadapanMu ya Allah.

Nantikan cerita selanjutnya. Saya akhirnya kuliah di mana yach.??? he he

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam mengisi komentar, berikut panduan singkatnya:
Untuk memberi komentar tanpa login, silahkan pilih 'Name/URL' pada kolom 'Beri komentar sebagai', lalu masukkan nama anda (URL silahkan dikosongkan). Kemudian masukkan komentar yang ingin disampaikan. Terimakasih

Memeluk Kenangan

Saat aku mencoba melupakan namun gagal, Saat itulah aku memutuskan untuk berhenti melupakan. Berdamai. Merangkai kisah dalam ...